Jumat, 25 Februari 2011

Permusuhan Dan Dendam Dapat Mempengaruhi Kesehatan Jantung

Liputan6.com, Jakarta: Banyak faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan jantung Anda. Permusuhan dan dendam termasuk perilaku yang tak baik bagi jantung.

Menurut Kathi Heffner, PhD, asisten profesor psikiatri di the Rochester Center for Mind-Body Research di Universitas Rochester Medical Center di New York, permusuhan merupakan perilaku yang didorong oleh kemarahan seseorang.

Penelitian menunjukkan permusuhan yang mungkin menjadi peramal terbaik terhadap penyakit jantung daripada hal-hal seperti tekanan darah tinggi dan kegemukan. "Jadi bermainlah dengan baik dan berpikir yang baik-baik tentang masa depan, sebagaimana optimisme juga telah ditunjukkan untuk melindungi jantung," imbuhnya.

Selain itu, lanjut Heffner, memelihara dendam juga tak baik bagi kesehatan jantung. Penelitian menunjukkan orang yang mengalami stres psikologis, detak jantung menjadi lebih tinggi.

Sementara John Simmons Jr, MD, asisten profesor family medicinedi Texas A & M Health Science Center College of Medicine di Bryan mengatakan dendam akan menggerogoti kesehatan psikologi Anda.."Anda akan kagum seberapa kuat mereka dapat mengambil akar dalam jiwa Anda dan berapa lama mereka bisa menggerogoti secara psikologis, itu yang sangat penting," katanya (Health.com/MEL)

Seks Sehat dan Teratur Baik bagi Badan dan Mental


Liputan6.com, New York: Sepertinya tak pernah ada habisnya membicarakan tentang seks. Kebutuhan dasar manusia ini memang amat bermanfaat. Tak hanya berguna bagi kesehatan mental saja, seks juga bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Bagaimana dengan manfaat seks bagi kaum Hawa? Ternyata juga sangat banyak manfaatnya.

1.Mengurangi rasa sakit kronis.
Stimulasi pada klitoris dan dinding vagina akan memicu pelepasan hormon endorfin, kortikosteroid, dan obat penghilang rasa sakit alami lainnya. Akibatnya, sakit kepala dan nyeri otot dijamin akan pergi meninggalkan tubuh Anda setelah Anda melakukan hubungan seks. Bahkan efek pereda rasa sakit alami itu akan bertahan selama 2 hari lamanya.

2.Mengurangi risiko serangan kanker payudara.
Orgasme yang dapat dicapai ketika berhubungan seks dapat menaikkan hormon oksitosin dan DHEA yang berperan penting dalam pencegahan serangan kanker payudara. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa wanita yang aktif secara seksual memiliki risiko terserang kanker payudara lebih rendah jika dibanding mereka yang nonaktif. Penelitian lainnya dari Yunani menemukan Pria yang mencapai orgasme sebanyak 7 kali dalam sebulan juga memiliki risiko terserang kanker payudara pada laki-laki yang cenderung lebih rendah.

3.Olahraga terbaik bagi jantung.
Para ahli mengatakan berhubungan seks meningkatkan kesehatan jantung lebih dari sekadar berjalan cepat. Tidak peduli posisi apa pun yang Anda lakukan, layaknya berolahraga, semakin sering Anda melakukan hubungan seks maka akan semakin sehat jantung Anda.

4.Mengusir stres.
Sebuah penelitian yang dilakukan di tahun 2005 menunjukkan bahwa wanita dan pria yang melakukan hubungan seks 2 kali seminggu sebelum menghadapi hari berat cenderung lebih santai menghadapi sesuatu. Bahkan kegiatan yang menimbulkan banyak tekanan seperti presentasi dapat dilalui dengan mudah.

5.Meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Penelitian yang dilakukan di Universitas Wilkes menemukan bahwa mahasiswa yang melakukan hubungan seks minimal sekali dalam seminggu memiliki tingkat antibodi lebih tinggi 30% jika dibanding mereka yang jarang melakukannya. Penelitian lainnya di Jerman menujukkan hubungan seks dapat meningkatkan produksi sel darah putih yang berperan penting melindungi tubuh dari serangan berbagai penyakit.

6.Menjaga kesehatan alat reproduksi.
Para ilmuwan di New Jersey menemukan bahwa wanita yang berhubungan seks lebih dari 10 kali dalam setahun memiliki jaringan atrofi vagina yang lebih baik dari mereka yang tidak. Terapis seks, Sandra Leiblum, PhD mengatakan aktif secara seksual memperlancar nutrisi dan oksigen ke vagina yang akan membuat setiap jaringanya tetap elastis.�(prevention/Vin)

Selasa, 08 Februari 2011

Kisah 1001 Malam Abunawas Bagian 18, 19 & 20

K

isah 1001 Malam Abunawas : Tetap Bisa Cari Solusi

Tetap Bisa Cari Solusi

Mimpi buruk yang dialami Baginda Raja Harun Al Rasyid tadi malam
menyebabkan Abu Nawas diusir dari negeri Baghdad. Abu Nawas tidak berdaya.
Bagaimana pun ia harus segera menyingkir meninggalkan negeri Baghdad hanya
karena mimpi. Masih jelas terngiang-ngiang kata-kata Baginda Raja di telinga
Abu Nawas.
"Tadi malam aku bermimpi bertemu dengan seorang laki-laki tua. la
mengenakan jubah putih. la berkata bahwa negerinya akan ditimpa bencana
bila orang yang bernama Abu Nawas masih tetap tinggal di negeri ini. la harus
diusir dari negeri ini sebab orang itu membawa kesialan. ia boleh kembali ke
negerinya dengan sarat tidak boleh dengan berjalan kaki, berlari, merangkak,
melompat-lompat dan menunggang keledai atau binatang tunggangan yang
lain."
Dengan bekal yang diperkirakan cukup Abu Nawas mulai meninggalkan rumah
dan istrinya. Istri Abu Nawas hanya bisa mengiringi kepergian suaminya dengan
deraian air mata.
Sudah dua hari penuh Abu Nawas mengendarai keledainya. Bekal yang
dibawanya mulai menipis. Abu Nawas tidak terlalu meresapi pengusiran dirinya
dengan kesedihan yang terlalu mendalam. Sebaliknya Abu Nawas merasa
bertambah yakin bahwa Tuhan Yang Maha Perkasa akan segera menotong
keluar dari kesulitan yang sedang melilit pikirannya. Bukankah tiada seorang
teman pun yang lebih baik daripada Allah SWT dalam saat-saat seperti itu?
Setelah beberapa hari Abu Nawas berada di negeri orang, ia mulai diserang rasa
rindu yang menyayat-nyayat hatinya yang paling dalam. Rasa rindu itu makin
lama makin menderu-deru seperti dinginnya
jamharir.
Sulit untuk dibendung.
Memang, tak ada jalan keluar yang lebih baik daripada berpikir. Tetapi dengan
akal apakah ia harus melepaskan diri? Begitu tanya Abu Nawas dalam hati.
Apakah aku akan meminta bantuan orang lain dengan cara menggendongku dari
negeri ini sampai ke istana Baginda? Tidak! Tidak akan ada seorang pun yang
sanggup melakukannya. Aku harus bisa menolong diriku sendiri tanpa
melibatkan orang lain.
Pada hari kesembilanbelas Abu Nawas menemukan cara lain yang tidak
termasuk larangan Baginda Raja Harun Al Rasyid. Setelah segala sesuatunya
dipersiapkan, Abu Nawas berangkat menuju ke negerinya sendiri. Perasaan
rindu dan senang menggumpal menjadi satu. Kerinduan yang selama ini
melecut-lecut semakin menggila karena Abu Nawas tahu sudah semakin dekat
dengan kampung halaman.
Mengetahui Abu Nawas bisa pulang kembali, penduduk negeri gembira. Desas-
desus tentang kembalinya Abu Nawas segara menyebar secepat bau semerbak
bunga yang menyerbu hidung.
Kabar kepulangan Abu Nawas juga sampai ke telinga Baginda Harun Al Rasyid.
Baginda juga merasa gembi mendengar berita itu tetapi dengan alasan yang
sama sekali berbeda. Rakyat gembira melihat Abu Nawas pulang kembali,
karena mereka mencintainya. Sedangkan Baginda Raja gembira mendengar Abu
Nawas pulang kembali karena beliau merasa yakin kali ini pasti Abu Nawas
tidak akan bisa mengelak dari hukuman.
Namun Baginda amat kecewa dan merasa terpukul melihat cara Abu Nawas
pulang ke negerinya. Baginda sama sekali tidak pernah membayangkan kalau
Abu Nawas ternyata bergelayut di bawah perut keledai. Sehingga Abu Nawas
terlepas dari sangsi hukuman yang akan dijatuhkan karena memang tidak bisa
dikatakan teiah melanggar larangan Baginda Raja. Karena Abu Nawas tidak
mengendarai keledai.
oo000oo


Kisah 1001 Malam Abunawas : Pintu Akhirat

Tidak seperti biasa, hari itu Baginda tiba-tiba ingin menyamar menjadi rakyat
biasa. Beliau ingin menyaksikan kehidupan di luar istana tanpa sepengetahuan
siapa pun agar lebih leluasa bergerak.
Baginda mulai keluar istana dengan pakaian yang amat sederhana layaknya
seperti rakyat jelata. Di sebuah perkampungan beliau melihat beberapa orang
berkumpul. Setelah Baginda mendekat, ternyata seorang ulama sedang
menyampaikan kuliah tentang alam barzah. Tiba-tiba ada seorang yang datang
dan bergabung di situ, la bertanya kepada ulama itu.
"Kami menyaksikan orang kafir pada suatu waktu dan mengintip kuburnya,
tetapi kami tiada mendengar mereka berteriak dan tidak pula melihat
penyiksaan-penyiksaan yang katanya sedang dialaminya. Maka bagaimana cara
membenarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang dilihat mata?" Ulama itu
berpikir sejenak kemudian ia berkata,
"Untuk mengetahui yang demikian itu harus dengan panca indra yang lain.
Ingatkah kamu dengan orang yang sedang tidur? Dia kadangkala bermimpi
dalam tidurnya digigit ular, diganggu dan sebagainya. la juga merasa sakit dan
takut ketika itu bahkan memekik dan keringat bercucuran pada keningnya. la
merasakan hal semacam itu seperti ketika tidak tidur. Sedangkan engkau yang
duduk di dekatnya menyaksikan keadaannya seolah-olah tidak ada apa-apa.
Padahal apa yang dilihat serta dialaminya adalah dikelilirigi ular-ular. Maka jika
masalah mimpi yang remeh saja sudah tidak mampu mata lahir melihatnya,
mungkinkah engkau bisa melihat apa yang terjadi di alam barzah?"
Baginda Raja terkesan dengan penjelasan ulama itu. Baginda masih ikut
mendengarkan kuliah itu. Kini ulama itu melanjutkan kuliahnya tentang alam
akhirat. Dikatakan bahwa di surga tersedia hal-hal yang amat disukai nafsu,
termasuk benda-benda. Salah satu benda-benda itu adalah mahkota yang amat
luar biasa indahnya. Tak ada yang lebih indah dari barang-barang di surga
karena barang-barang itu tercipta dari cahaya. Saking ihdahnya maka satu
mahkota jauh lebih bagus dari dunia dan isinya. Baginda makin terkesan. Beliau
pulang kembali ke istana.
Baginda sudah tidak sabar ingin menguji kemampuan Abu Nawas. Abu Nawas
dipanggil: Setelah menghadap Bagiri
"Aku menginginkan engkau sekarang juga berangkat ke surga kemudian
bawakan aku sebuah mahkota surga yang katanya tercipta dari cahaya itu.
Apakah engkau sanggup Abu Nawas?"
"Sanggup Paduka yang mulia." kata Abu Nawas langsung menyanggupi tugas
yang mustahil dilaksanakan itu. "Tetapi Baginda harus menyanggupi pula satu
sarat yang akan hamba ajukan."
"Sebutkan syarat itu." kata Baginda Raja.
"Hamba morion Baginda menyediakan pintunya agar hamba bisa memasukinya."
"Pintu apa?" tanya Baginda belum mengerti. Pintu alam akhirat." jawab Abu
Nawas.
"Apa itu?" tanya Baginda ingin tahu.
"Kiamat, wahai Paduka yang mulia. Masing-masing alam mempunyai pintu.
Pintu alam dunia adalah liang peranakan ibu. Pintu alam barzah adalah
kematian. Dan pintu alam akhirat adalah kiamat. Surga berada di alam akhirat.
Bila Baginda masih tetap menghendaki hamba mengambilkan sebuah mahkota
di surga, maka dunia harus kiamat teriebih dahulu."
Mendengar penjetasan Abu Nawas Baginda Raja terdiam.
Di sela-sela kebingungan Baginda Raja Harun Al Rasyid, Abu Nawas bertanya
lagi,
"Masihkah Baginda menginginkan mahkota dari surga?" Baginda Raja tidak
menjawab. Beliau diam seribu bahasa, Sejenak kemudian Abu Nawas mohon
diri karena Abu Nawas sudah tahu jawabnya.
oo000oo



Kisah 1001 Malam Abunawas : Hadiah Bagi Tebakan Jitu

Baginda Raja Harun Al Rasyid kelihatan murung. Semua menterinya tidak ada
yang sanggup menemukan jawaban dari dua pertanyaan Baginda. Bahkan para
penasihat kerajaan pun merasa tidak mampu memberi penjelasan yang
memuaskan Baginda. Padahal Baginda sendiri ingin mengetahui jawaban yang
sebenarnya.
Mungkin karena amat penasaran, para penasihat Baginda menyarankan agar
Abu Nawas saja yang memecahkan dua teka-teki yang membingungkan itu.
Tidak begitu lama Abu Nawas dihadapkan. Baginda mengatakan bahwa akhir-
akhir ini ia sulit tidur karena diganggu oleh keingintahuan menyingkap dua
rahasia alam.
"Tuanku yang mulia, sebenarnya rahasia alam yang manakah yang Paduka
maksudkan?" tanya Abu Nawas ingin tahu.
"Aku memanggilmu untuk menemukan jawaban dari dua teka-teki yang selama
ini menggoda pikiranku." kata Baginda.
"Bolehkah hamba mengetahui kedua teka-teki itu wahai Paduka junjungan
hamba."
"Yang pertama, di manakah sebenarnya batas jagat raya ciptaan Tuhan kita?"
tanya Baginda.
"Di dalam pikiran, wahai Paduka yang mulia." jawab Abu Nawas tanpa sedikit
pun perasaan ragu, "Tuanku yang mulia," lanjut Abu Nawas 'ketidakterbatasan
itu ada karena adanya keterbatasan. Dan keterbatasan itu ditanamkan oleh
Tuhan di dalam otak manusia. Dari itu manusia tidak akan pernah tahu di mana
batas jagat raya ini. Sesuatu yang terbatas tentu tak akan mampu mengukur
sesuatu yang tidak terbatas."
Baginda mulai tersenyum karena merasa puas mendengar penjelasan Abu
Nawas yang masuk akal. Kemudian Baginda melanjutkan teka-teki yang kedua.
"Wahai Abu Nawas, manakah yang lebih banyak jumlahnya : bintang-bintang di
langit ataukah ikan-ikan di laut?"
"Ikan-ikan di laut." jawab Abu Nawas dengan tangkas.
"Bagaimana kau bisa langsung memutuskan begitu. Apakah engkau pernah
menghitung jumlah mereka?" tanya Baginda heran.
"Paduka yang mulia, bukankah kita semua tahu bahwa ikan-ikan itu setiap hari
ditangkapi dalam jumlah besar, namun begitu jumlah mereka tetap banyak
seolah-olah tidak pernah berkurang karena saking banyaknya. Sementara
bintang-bintang itu tidak pernah rontok, jumlah mereka juga banyak." jawab
Abu Nawas meyakinkan.
Seketika itu rasa penasaran yang selama ini menghantui Baginda sirna tak
berbekas. Baginda Raja Harun Al Rasyid memberi hadiah Abu Nawas dan
istrinya uang yang cukup banyak.
Tidak seperti biasa, hari itu Baginda tiba-tiba ingin menyamar menjadi rakyat
biasa. Beliau ingin menyaksikan kehidupan di luar istana tanpa sepengetahuan
siapa pun agar lebih leluasa bergerak.
Baginda mulai keluar istana dengan pakaian yang amat sederhana layaknya
seperti rakyat jelata. Di sebuah perkampungan beliau melihat beberapa orang
berkumpul. Setelah Baginda mendekat, ternyata seorang ulama sedang
menyampaikan kuliah tentang alam barzah. Tiba-tiba ada seorang yang datang
dan bergabung di situ, la bertanya kepada ulama itu.
"Kami menyaksikan orang kafir pada suatu waktu dan mengintip kuburnya,
tetapi kami tiada mendengar mereka berteriak dan tidak pula melihat
penyiksaan-penyiksaan yang katanya sedang dialaminya. Maka bagaimana cara
membenarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang dilihat mata?" Ulama itu
berpikir sejenak kemudian ia berkata,
"Untuk mengetahui yang demikian itu harus dengan panca indra yang lain.
Ingatkah kamu dengan orang yang sedang tidur? Dia kadangkala bermimpi
dalam tidurnya digigit ular, diganggu dan sebagainya. la juga merasa sakit dan
takut ketika itu bahkan memekik dan keringat bercucuran pada keningnya. la
merasakan hal semacam itu seperti ketika tidak tidur. Sedangkan engkau yang
duduk di dekatnya menyaksikan keadaannya seolah-olah tidak ada apa-apa.
Padahal apa yang dilihat serta dialaminya adalah dikelilirigi ular-ular. Maka jika
masalah mimpi yang remeh saja sudah tidak mampu mata lahir melihatnya,
mungkinkah engkau bisa melihat apa yang terjadi di alam barzah?"
Baginda Raja terkesan dengan penjelasan ulama itu. Baginda masih ikut
mendengarkan kuliah itu. Kini ulama itu melanjutkan kuliahnya tentang alam
akhirat. Dikatakan bahwa di surga tersedia hal-hal yang amat disukai nafsu,
termasuk benda-benda. Salah satu benda-benda itu adalah mahkota yang amat
luar biasa indahnya. Tak ada yang lebih indah dari barang-barang di surga
karena barang-barang itu tercipta dari cahaya. Saking ihdahnya maka satu
mahkota jauh lebih bagus dari dunia dan isinya. Baginda makin terkesan. Beliau
pulang kembali ke istana.
Baginda sudah tidak sabar ingin menguji kemampuan Abu Nawas. Abu Nawas
dipanggil: Setelah menghadap Bagiri
"Aku menginginkan engkau sekarang juga berangkat ke surga kemudian
bawakan aku sebuah mahkota surga yang katanya tercipta dari cahaya itu.
Apakah engkau sanggup Abu Nawas?"
"Sanggup Paduka yang mulia." kata Abu Nawas langsung menyanggupi tugas
yang mustahil dilaksanakan itu. "Tetapi Baginda harus menyanggupi pula satu
sarat yang akan hamba ajukan."
"Sebutkan sarat itu." kata Baginda Raja.
"Hamba mohon Baginda menyediakan pintunya agar hamba bisa memasukinya."
"Pintu apa?" tanya Baginda belum mengerti. Pintu alam akhirat." jawab Abu
Nawas.
"Apa itu?" tanya Baginda ingin tahu.
"Kiamat, wahai Padukayang mulia. Masing-masing alam mempunyai pintu. Pintu
alam dunia adalah liang peranakan ibu. Pintu alam barzah adalah kematian.
Dan pintu alam akhirat adalah kiamat. Surga berada di alam akhirat. Bila
Baginda masih tetap menghendaki hamba mengambilkan sebuah mahkota di
surga, maka dunia harus kiamat teriebih dahulu."
Mendengar penjetasan Abu Nawas Baginda Raja terdiam.
Di sela-sela kebingungan Baginda Raja Harun Al Rasyid, Abu Nawas bertanya
lagi,
"Masihkah Baginda menginginkan mahkota dari surga?" Baginda Raja tidak
menjawab. Beliau diam seribu bahasa, Sejenak kemudian Abu Nawas mohon
diri karena Abu Nawas sudah tahu jawabnya.
oo000oo


Kisah 1001 Malam Abunawas : Ibu Sejati

Kisah ini mirip dengan kejadian pada masa Nabi Sulaiman ketika masih muda.
Entah sudah berapa hari kasus seorang bayi yang diakui oleh dua orang ibu yang
sama-sama ingin memiliki anak. Hakim rupanya mengalami kesulitan
memutuskan dan menentukan perempuan yang mana sebenarnya yang menjadi
ibu bayi itu.
Karena kasus berlarut-larut, maka terpaksa hakim menghadap Baginda Raja
untuk minta bantuan. Baginda pun turun tangan. Baginda memakai taktik
rayuan. Baginda berpendapat mungkin dengan cara-cara yang amat halus salah
satu, wanita itu ada yang mau mengalah. Tetapi kebijaksanaan Baginda Raja
Harun Al Rasyid justru membuat kedua perempuan makin mati-matian saling
mengaku bahwa bayi itu adalah anaknya. Baginda berputus asa.
Mengingat tak ada cara-cara lain lagi yang bisa diterapkan Baginda memanggil
Abu Nawas. Abu Nawas hadir menggantikan hakim. Abu Nawas tidak mau
menjatuhkan putusan pada hari itu melainkan menunda sampai hari berikutnya.
Semua yang hadir yakin Abu Nawas pasti sedang mencari akal seperti yang
biasa dilakukan. Padahal penundaan itu hanya disebabkan algojo tidak ada di
tempat.
Keesokan hari sidang pengadilan diteruskan lagi. Abu Nawas memanggrl algojo
dengan pedang di tangan. Abu Nawas memerintahkan agar bayi itu diletakkan
di atas meja.
"Apa yang akan kau perbuat terhadap bayi itu?" kata kedua perempuan itu
saling memandang. Kemudian Abu Nawas melanjutkan dialog.
"Sebelum saya mengambil tindakan apakah salah satu dari kalian bersedia
mengalah dan menyerahkan bayi itu kepada yang memang berhak memilikinya?"
"Tidak, bayi itu adalah anakku." kata kedua perempuan itu serentak.
"Baiklah, kalau kalian memang sungguh-sungguh sama menginginkan bayi itu
dan tidak ada yang mau mengalah maka saya terpaksa membelah bayi itu
menjadi dua sama rata." kata Abu Nawas mengancam.
Perempuan pertama girang bukan kepalang, sedangkan perempuan kedua
menjerit-jerit histeris.
"Jangan, tolongjangan dibelah bayi itu. Biarlah aku rela bayi itu seutuhnya
diserahkan kepada perempuan itu." kata perempuan kedua. Abu Nawas
tersenyum lega. Sekarang topeng mereka sudah terbuka. Abu Nawas segera
mengambil bayi itu dan langsurig menyerahkan kepada perempuan kedua.
Abu Nawas minta agar perempuan pertama dihukum sesuai dengan
perbuatannya. Karena tak ada ibu yang tega menyaksikan anaknya disembelih.
Apalagi di depan mata. Baginda Raja merasa puas terhadap keputusan Abu
Nawas. Dan .sebagai rasa terima kasih, Baginda menawari Abu Nawas menjadi
penasehat hakim kerajaan. Tetapi Abu Nawas menolak. la lebih senang menjadi
rakyat biasa.
oo000oo

Hukum Menggambar Makhluk Bernyawa

Posted by Farid Ma'ruf pada 18 Januari 2007

Soal: Saya mau tanya seputar hukum membuat gambar. Seperti yang pernah saya baca dari beberapa buku dan info dari teman-teman saya, katanya menggambar akhluk bernyawa itu haram. Tapi bagaimana kalau hanya menggambar alam bentuk kartun? Misalnya dalam bentuk karikatur, komik kayak ‘manga’ dan ‘animasi’ ala Jepang yang kadang-kadang nggak sempurna menggambarkan seorang manusia. Secara lebih konkrit, sebut saja sailormoon, kura-kura ninja, dragon ball, doraemon, pokemon, dan lain-lain. Atau yang ceritanya rada-rada Islami kayak Ali Baba, serial Aladin, serial Abu Nawas, dan lain-lain. Dan di beberapa stiker Islam yang dibuat oleh sejumlah parpol intra dan ekstra parlemen juga memuat kartun-kartun lucu. Apakah hukumnya juga haram? Bagaimana status semua itu? Apa yang dimaksud dengan menyerupai makhluk Allah? Apakah menggambar yang dimaksud itu adalah melukis seperti aliran realis ala Basuki Abdullah, dan kawan-kawan? Mohon penjelasannya.

Jawab: Hukum Menggambar Makhluk Bernyawa

Pada dasarnya para ‘ulama sepakat bahwa hukum menggambar makhluk bernyawa adalah haram. Banyak riwayat yang menuturkan tentang larangan menggambar makhluk bernyawa, baik binatang maupun manusia. Sedangkan hukum menggambar makhluk yang tidak bernyawa, misalnya tetumbuhan dan pepohonan adalah mubah.

Berikut ini akan kami ketengahkan riwayat-riwayat yang melarang kaum muslim menggambar makhluk bernyawa.

Dari Ibnu, dia berkata, “Rasulullah Saw bersabda, ‘Barangsiapa menggambar suatu gambar dari sesuatu yang bernyawa di dunia, maka dia akan diminta untuk meniupkan ruh kepada gambarnya itu kelak di hari akhir, sedangkan dia tidak kuasa untuk meniupklannya.’” [HR. Bukhari].

Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya diantara manusia yang paling besar siksanya pada hari kiamat adalah orang-orang yang menggambar gambar-gambar yang bernyawa.” (lihat Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, bab Tashwiir).

Diriwayatkan oleh Imam Muslim, bahwa seorang laki-laki dateng kepada Ibnu ‘Abbas, lalu katanya, “Sesungguhnya aku menggambar gambar-gambar ini dan aku menyukainya.” Ibnu ‘Abbas segera berkata kepada orang itu, “Mendekatlah kepadaku”. Lalu, orang itu segera mendekat kepadanya. Selanjutnya, Ibnu ‘Abbas mengulang-ulang perkataannya itu, dan orang itu mendekat kepadanya. Setelah dekat, Ibnu ‘Abbas meletakkan tangannya di atas kepala orang tersebut dan berkata, “Aku beritahukan kepadamu apa yang pernah aku dengar. Aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda, ‘Setiap orang yang menggambar akan dimasukkan ke neraka, dan dijadikan baginya untuk setiap gambarnya itu nyawa, lalu gambar itu akan menyiksanya di dalam neraka Jahanam.’” Ibnu ‘Abbas berkata lagi, “Bila engkau tetap hendak menggambar, maka gambarlah pohon dan apa yang tidak bernyawa.” [HR. Muslim].

Dari ‘Ali ra, ia berkata, “Rasulullah Saw sedang melawat jenazah, lalu beliau berkata, ‘Siapakah diantara kamu yang mau pergi ke Madinah, maka janganlah ia membiarkan satu berhala pun kecuali dia menghancurkannya, tidak satupun kuburan kecuali dia ratakan dengan tanah, dan tidak satupun gambar kecuali dia melumurinya?’ Seorang laki-laki berkata, ‘Saya, wahai Rasulullah.’ ‘Ali berkata, “Penduduk Madinah merasa takut dan orang itu berangkat, kemudian kembali lagi. Lelaki itu berkata, ‘Wahai Rasulullah, tidak aku biarkan satu berhala pun kecuali aku hancurkan, tidak satupun kuburan kecuali aku ratakan, dan tidak satu pun gambar kecuali aku lumuri’. Rasulullah bersabda, ‘Barangsiapa kembali lagi membuat sesuatu dari yang demikian ini, maka berarti dia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad Saw.’” [HR. Ahmad dengan isnad hasan].

Larangan menggambar gambar di sini mencakup semua gambar yang bernyawa, baik gambar itu timbul maupun tidak, sempurna atau tidak, dan distilir maupun tidak. Seluruh gambar yang mencitrakan makhluk bernyawa, baik lengkap, setengah, kemungkinan bisa hidup atau tidak, distilir (digayakan), maupun dalam bentuk karikatur adalah haram. Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitab al-Syakhshiyyah al-Islamiyyah, juz 2, menyatakan, bahwa gambar yang dimaksud di dalam riwayat-riwayat di atas adalah semua gambar yang mencitrakan makhluk bernyawa, baik lengkap, setengah, kemungkinan bisa hidup atau tidak, maupun distilir atau tidak. Semuanya terkena larangan hadits-hadits di atas (Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, al-Syakhshiyyah al-Islamiyyah, juz 2, bab Tashwiir).

Larangan yang terkandung di dalam nash-nash di atas juga tidak mengandung ‘illat. Larangan menggambar makhluk bernyawa bukan karena alasan gambar itu sempurna atau tidak. Larangan itu juga tidak berhubungan dengan apakah gambar tersebut mungkin bisa hidup atau tidak, distilir maupun tidak. Semua gambar makhluk hidup walaupun tidak lengkap hukumnya tetap haram.

Walhasil, gambar manusia dalam bentuk karikatur, komik, maupun batik yang distilir adalah haram, tanpa ada keraguan sedikitpun. Semua gambar makhluk bernyawa baik digambar secara gaya natural, surealik, kubik, maupun gaya-gaya yang lain adalah haram. Demikian juga, gambar potongan kepala, tangan manusia, sayap burung dan sebagainya adalah haram. Untuk itu, menggambar komik Sailormoon, Dragon Ball, Ninja Boy, Kunfu Boy, Samurai X, dan lain sebagainya adalah perbuatan haram.

Sedangkan proses mendapatkan gambar-gambar yang diperoleh dari proses bukan “menggambar”, misalnya dengan cara sablon, cetak, maupun fotografi, printing dan lain sebagainya, bukanlah aktivitas yang diharamkan. Sebab, fakta “menggambar dengan tangan secara langsung” dengan media tangan, kuas, mouse dan sebagainya (aktivitas yang haram), berbeda dengan fakta mencetak maupun fotografi. Oleh karena itu, mencetak maupun fotografi bukan tashwir, sehingga tidak berlaku hukum tashwir. Atas dasar itu stiker bergambar manusia yang diperoleh dari proses cetak maupun printing tidak terkena larangan hadits-hadits di atas.

Gambar Untuk Anak Kecil

Adapun menggambar makhluk bernyawa yang diperuntukkan untuk anak kecil hukumnya adalah mubah. Kebolehannya diqiyaskan dengan kebolehan membuat patung untuk boneka dan mainan anak-anak.

Diriwayatkan dari ‘Aisyah, dia berkata, “Aku bermain-main dengan mainan yang berupa anak-anakan (boneka). Kadang-kadang Rasulullah Saw mengunjungiku, sedangkan di sisiku terdapat anak-anak perempuan. Apabila Rasulullah Saw dateng, mereka keluar dan bila beliau pergi mereka datang lagi.” [HR. Bukhari dan Abu Dawud].

Dari ‘Aisyah dituturkan bahwa, Rasulullah Saw datang kepadanya sepulang beliau dari perang Tabuk atau Khaibar, sedangkan di rak ‘Aisyah terdapat tirai. Lalu bertiuplah angin yang menyingkap tirai itu, sehingga terlihatlah mainan boneka anak-anakannya ‘Aisyah. Beliau berkata, “Apa ini wahai ‘Aisyah?” ‘Aisyah menjawab, “Ini adalah anak-anakanku” Beliau melihat diantara anak-anakanku itu sebuah kuda-kudaan kayu yang mempunyai dua sayap. Beliau berkata, “Apakah ini yang aku lihat ada di tengah-tengahnya?” ‘Aisyah menjawab, “Kuda-kudaan.” Beliau bertanya, “Apa yang ada pada kuda-kuda ini?” ‘Airyah menjawab, “Dua sayap.” Beliau berkata, “Kuda mempunyai dua sayap?” ‘Aisyah berkata, “Tidakkah engkau mendengar bahwa Sulaiman mempunyai kuda yang bersayap banyak?” ‘Aisyah berkata, “Maka tertawalah Rasulullah Saw sampai kelihatan gigi-gigi taring beliau.” [HR. Abu Dawud dan Nasa’i].

Riwayat-riwayat ini menyatakan dengan jelas, bahwa boneka baik yang terbuat dari kayu maupun benda-benda yang lain boleh diperuntukkan untuk anak-anak. Dari sini kita bisa memahami bahwa membuat boneka manusia, maupun binatang yang diperuntukkan bagi anak-anak bukanlah sesuatu yang terlarang. Demikian juga membuat gambar yang diperuntukkan bagi anak-anak juga bukan sesuatu yang diharamkan oleh syara’. Ibnu Hazm berkata, “Diperbolehkan bagi anak-anak bermain-main dengan gambar dan tidak dihalalkan bagi selain mereka. Gambar itu haram dan tidak dihalalkan bagi selain mereka (anak-anak). Gambar itu diharamkan kecuali gambar untuk mainan anak-anak ini dan gambar yang ada pada baju.” (lihat Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah). Wallahu A’lam bi al-Shawab.(www.konsultasi-islam.com)

http://konsultasi.wordpress.com/2007/01/18/hukum-menggambar-makhluk-bernyawa/

proposal pornografi

PROPOSAL
TINJAUAN HUKUM ISLAM MENGENAI UNDANG-UNDANG
NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI (Studi Tentang Pembuatan Dan Penyebaran Video Porno Melalui Internet)

Latar Belakang Masalah
Negara Republik Indonesia adalah Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan menjunjung tinggi nilai-nilai moral, etika, ahklak mulia, kepribadian luhur bangsa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menghormati kebinekaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta melindungi harkat martabat manusia setiap warga Negara. (Afnil Guza, 2008:14)
Prinsip negara hukum dilihat dari aspek pelaksanaan hukum mengandung arti, segala tindakan pemerintah dan tindakan masyarakat harus selalu sesuai dengan hukum yang berlaku. Apabila perilaku atau tindakan masyarakat tersebut menyimpang atau tidak sehaluan dengan hukum, maka ia bertentangan dengan hukum. Dengan demikian di dalam penyelenggaraan pemerintahan, segala tindakan pemerintah harus selalu berdasarkan asas umum pemerintahan yang baik.
Kehidupan masyarakat cenderung berkembang dari tingkat yang sederhana ke tingkat lebih modern. Kondisi ini menunjukkan bahwa pada dasarnya masyarakat itu selalu berubah. Terjadinya perubahan dalam masyarakat ditunjang pula dengan adanya inovasi-inovasi baru di bidang pengetahuan dan teknologi. Kemajuan teknologi inilah yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan yang cepat terhadap kehidupan masyarakat. Seperti dinyatakan banyak ahli bahwa perubahan yang terjadi dengan cepat pada kehidupan masyarakat itu tidak hanya membawa dampak positif, melainkan juga bisa membawa dampak negatif. Dampak negatif ini timbul karena masyarakat kurang mampu secara tepat menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan zaman.
Globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi saat ini sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat dunia adalah teknologi informasi yang salah satu wujudnya adalah Internet. Internet merupakan sebuah ruang informasi dan komunikasi yang menjanjikan menembus batas-batas antarnegara dan mempercepat penyebaran dan pertukaran berbagai informasi, ilmu pengetahuan, dunia bisnis, dan lain-lain dimanapun berada hanya dengan menekan tombol keyboard dan mouse komputer yang ada dihadapannya. (Agus raharjo, 2002:59)
Saat ini, internet telah membentuk masyarakat dengan kebudayaan baru. Masyarakat yang tak lagi dihalangi oleh batas-batas teritorial antara negara yang dahulu ditetapkan. Masyarakat baru dengan kebebasan beraktivitas dan berkreasi yang paling sempurna. Namun, di balik kegemerlapan itu, internet juga melahirkan keresahan-keresahan baru, di antaranya muncul perkembangan, penyebaran pornografi dengan situs-situs porno dalam berbagai tampilan situs yang sangat menggoda, yang memberikan pengaruh buruk terhadap moral dan kepribadian bangsa dan kepribadian luhur bangsa Indonesia sehingga mengancam kehidupan dan tatanan sosial masyarakat Indonesia. Berkembangluasnya pornografi ditengah masyarakat juga mengakibatkan meningkatnya tindak asusila.
Yang menjadi pertanyaan, mengapa dalam perkembangannya sekarang internet menjadi alat yang paling efektif dalam menyebarkan pornografi? Bila dicermati, internet sendiri pada dasarnya sebuah media komunikasi sebagaimana media-media komunikasi dalam bentuk lainnya. Namun, internet memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan media komunikasi lain, seperti media cetak, penyiaran, film atau telekomunikasi. Internet mampu menyatukan keempat media di atas dalam sebuah media yang disebut global network.
Keistimewaannya yang dapat menyatukan berbagai media di atas, telah menjadikan internet sebagai media komunikasi yang paling sempurna saat ini. Karena keunggulannya itu, tak mengerankan bila internet menjadi alat yang paling efektif dalam menyebarkan berbagai informasi; termasuk informasi tentang pornografi. Bahkan, berbagai data terakhir menunjukkan bahwa transaksi terbesar perdagangan melalui internet diperoleh dari bisnis pornografi ini.
Pengertian pornografi itu sendiri menurut Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang No 44 Tahun 2008 tenteng Pornografi adalah: “gambar, sketsa, ilustrasi foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan atau pertunjukan dimuka umum, yang membuat kecabulan dan eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat.”

Seiring perkembangan teknologi dan komunikasi, akhir-akhir ini kasus pornografi melalui internet semakin merajalela. Sebut saja, salah satu kasus video tak senonoh antara pria dan wanita yang mirip dengan artis Ariel “Peterpan” dan yang mirip artis Luna Maya dan Cut Tari yang beredar di dunia maya. (http:// buser.liputan6.com) Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa video yang selayaknya menjadi konsumsi orang dewasa dapat ditonton semua lapisan usia? Dimana video tersebut dapat diakses oleh siapapun, kapanpun, dimanapun penikmatnya berada.
Disamping kasus “Ariel” di ketahui juga melalui Liputan6.com, Nganjuk, Akibat perbuatan isengnya, Suyono ditangkap pihak berwajib, Selasa (31/8). Ia telah merekam dan menyebarkan video adegan mesum pelajar Sekolah Menengah Atas di Nganjuk, Jawa Timur. Di dalam video berdurasi lima menit itu, terlihat dua pelajar SMA sedang melakukan hubungan layaknya suami istri di sebuah bilik warung internet atau warnet. (http://buser.liputan6.com)
Padahal di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2008 tentang Pornografi pasal 4 ayat 1 telah diterangkan dengan jelas: Setiap orang dilarang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menye-wakan, atau menyediakan pornografi yang secara eksplisit memuat: a.persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang; b. kekerasan seksual; c. masturbasi atau onani; d. ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan; e. alat kelamin; atau f. pornografi anak.
Memproduksi atau membuat adalah perbuatan dengan cara apapun yang ditunjukkan untuk menghasilkan suatu barang, atau menghasilkan barang yang belum ada menjadi ada. Dari sudut akibat – suatu barang yang dihasilkan oleh perbuatan, maka perbuatan memproduksi dapat disamakan dengan perbuatan membuat atau perbuatan mengadakan. (Adami chazawi, 2009: 143)
Sedangkan kata menyebarluaskan berasal dari kata dasar”sebar” artinya berserakan, berpencar. Menyebarluaskan adalah perbuatan yang bentuk dan dengan cara apaun terhadap suatu benda yang semula keberadaan tidak tersebar menjadi tersebar secara luas. Benda itu terdapat di banyak tempat atau dimana-mana atau pada banyak orang (umum). Cara orang menyebarluaskan bias dengan menyerahkan, membagi-bagikan, menghambur-hamburkan, menjualbelikan, menempelkan, mengirim, meyiarkan dan lain-lain. (Adami chazawi, 2009: 149)
Islam memberikan definisi yang jelas dan tidak mengambang tentang pornografi dan pornoaksi. Pornografi adalah produk grafis (tulisan, gambar, film)-baik dalam bentuk majalah, tabloid, VCD, film-film atau acara-acara di TV, situs-situs porno di internet, ataupun bacaan-bacaan porno lainnya-yang mengumbar sekaligus menjual aurat, artinya aurat menjadi titik pusat perhatian. Sedangkan Pornoaksi adalah sebuah perbuatan memamerkan aurat yang digelar dan ditonton secara langsung dari mulai aksi yang 'biasa-biasa' saja seperti aksi para artis di panggung-panggung hiburan umum hingga luar biasa dan atraktif seperti tarian telanjang atau setengah telanjang di tempat-tempat hiburan khusus (diskotek-diskotek, klab-klab malam, dll). Tentu saja, dalam konteks pornografi dan pornoaksi yang mengumbar aurat ini, yang dimaksud adalah aurat menurut syariat islam Islam. (http//:mujahidbertopeng.blogspot.com/diakses.07/12/2010)
Di dalam Islam masalah aurat ini sangat penting. Secara fikih, menyaksikan secara langsung aurat seseorang yang bukan haknya adalah HARAM, kecuali untuk tujuan yang dibolehkan oleh hukum Syara’, misalnya memberi pertolongan medis. Islam melarang, laki-laki maupun wanita, memperlihatkan auratnya. Aurat sendiri merupakan sesuatu yang dianggap aib di dalam Islam jika diperlihatkan. Sesuai dalam firman Allah SWT dalam surat An-Nur ayat 30-31:
قل للمٶمنين يغضوٱ من ٲبصرهم ويحفظوٱ فروجهمۚ ذلك أزكى لهمۗ إن ٱلله خبرۢ بما يصنعون ٠ ﻮﻘﻞ ﻠﻟﻤﺆﻤﻨﺖ ﻴﻐﻀﺿﻦ ﻤﻥ ﺃﺒﺼﺮﮬﻥ ﻮﻴﺤﻔﻈﻦ ﻓﺮ ﻮﺠﮭﻦ ﻮﻻ ﻴﺒﺪ ﻴﻦ ﺰﻴﻨﺘﮭﻦ ﺇﻻﻤﺎﻇﻬﺮ ﻤﻨﻬﺎ ۖ ﻮﻟﻴﻀﺮ ﺒﻦ ﺒﺨﻤﺮ ﻫﻦ ﻋﻠﻰ ﺠﻴﻮ ﺒﻬﻦ ۖ ﻮﻻﻴﺒﺪ ﻴﻦ ﺯ ﻴﻨﺘﻬﻦ ﺇﻻ ﻤﻠﺒﻌﻭ ﻠﺘﻬﻦﺃﻮﺀﺍﺒﺎ ﺀﺒﻌﻮ ﻠﺘﻬ ۖ ﻮﻻ ﻴﺒﺪ ﻴﻦﺰ ﻴﻨﺘﻬﻦ ﺇﻻ ﻠﺒﻌﻮ ﻠﺘﻬﻦ ﺃﻮﺀﺍﺒﺎ إﻫﻦ ﺃﻮﺀﺍﺒﺎ ﺀﺒﻌﻮ ﻠﺘﻬﻦ ﺃﻮﺃﺒﻨﺎ إﻫﻦ ﺃﻮﺃﺒﻨﺎ ﺀﺒﻌﻮ ﻟﺘﻬﻦ ﺃﻮ إﺨﻮ ﻨﻬﻦ ﺃﻮﺒﻨﻰ ﺃﺨﻮ ﺘﻬﻦ ﺃﻮﻨﺴﺎ إﻫﻦ ﺃﻮﻤﺎ ﻤﻠﻜﺖ ﺃﻴﻤﻧﻬﻦ ﺃﻮﺃﻠﺘﺒﻌﻴﻦ ﻏﻴﺮ ﺃﻮﻠﻰ ﺃﻹ ﺮ ﺒﺔ ﻤﻦ ﺃﻠﺮ ﺠﺎ ﻞ ﺃﻮ ﺃﻠﻄﻔﻝ ﺃﻠﻧ ﻴﻥ ﻠﻡ ﻴﻆﻬﺮ ﻮﺃﻋﻠﻰ ﻋﻮ ﺮﺖ ﺃﻠﻧﺴﺎﺀ ۖﻮﻻ ﻴﺿﺮ ﺒﻦ ﺒﺂﺮ ﺠﻟﻬﻦ ﻟﻴﻌﻟﻢ ﻤﺎﻴﺨﻔﻴﻦ ﻤﻦ ﺯ ﻴﻨﺘﻬﻦۚ ﻭﺘﻭﺑﻭ ﺃﺇﻠﻰ ﺃﻠﻟﻪ ﺠﻤﻴﻌﺎ ﺃﻴﻪ ﺃﻠﻤﺆ ﻤﻨﻮ ﻦ ﻠﻌﻠﻜﻡ ﺘﻔﻠﺤﻭﻦ ٠
(Q.S. An-Nur: 30-31)
Dari kedua ayat di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam diwajibkan untuk menjaga pandangan dan kemaluannya, yaitu dengan cara menutup aurat sesuai dengan batasan masing-masing. Adapun batas aurat laki-laki yaitu dari pusat sampai lutut, dan perempuan yaitu seluruh badannya kecuaili telapak tangan mukanya.
Berkait dengan masalah pornografi ini, Islam tidak menyoroti soal apakah itu dianggap cabul atau tidak. Yang disoroti dan ditetapkan dalam ketentuan hukum Islam adalah sumber dari masalah kecabulan itu sendiri, yaitu anggota tubuh, baik laki-laki maupun perempuan. Fikih Islam menyebutnya sebagai “aurat”. Inilah yang dipermasalahkan dalam Islam, bukan pokok kecabulannya atau tidak.
Maka dari uraian di atas penulis berkeinginan mengetahui lebih lanjut mengenai bentuk-bentuk atau kriteria, Sanksi yang dapat dijatuhkan kepada seseorang yang telah membuat dan menyebarkan video porno melalui internet, yang telah menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini, yang hasilnya akan dituangkan dalam bentuk karya ilmiah dengan Judul “TINJAUAN HUKUM ISLAM MENGENAI UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI (Studi Tentang Pembuatan Dan Penyebaran Video Porno Melalui Internet)”

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi pokok permasalahan penelitian ini adalah:
1. Apa yang menjadi Landasan pemikiran dilarangnya Pornografi dalam bentuk video porno melalui internet di Indonesia?
2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam mengenai sanksi terhadap pembuatan dan penyebaran video porno melalui internet?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini, adalah:
1. Untuk mengetahui Landasan pemikiran dilarangnya Pornografi dalam bentuk video porno melalui internet di Indonesia.
2. Untuk mengetahui Pandangan Hukum Islam mengenai sanksi terhadap pembuatan dan penyebaran video porno melalui internet.
Tinjauan Pustaka
Dalam persoalan Tentang Pornografi (Studi Tentang Pembuatan Dan Penyebaran Video Porno Melalui Internet), terdapat pula beberapa penelitian terdahulu diantaranya:
1. Nova Sriyanti (2005) mengkaji tentang: Analisis Fiqh Jinayah Terhadap Pornoaksi Melalui Media Seluler, menyimpulkan :
• Aktifitas pornoaksi melalui media seluler adalah aktifitas yang berupa aksi pengumbaran aurat yang ada di media seluler yang tersebar di indonesia terdiri dari beberapa kategori, diantaranya video rekaman yang menampilkan sepasang anak muda yang sedang berpacaran, pasangan selingkuh, sex party, crime dan perkosaan serta homoseksual dan lesbian yaitu adegan ini menayangkan orang yang sedang melakukan hubungan sejenis (pria dengan pria dan sebaliknya).
• Berdasarkan dari data-data yang peneliti temukan maka aktifitas porno melalui media seluler seperti foto dan video porno yang menampakkan aurat adalah termasuk kategori tindak pidana (Fiqh Al-Jinayah) tepatnya menjadi sub sistem Jarimah zina. Dan hukuman yang diberikan kepada pelaku aksi-aksi porno tersebut dalam Fiqh Jinayah adalah hukum Ta'zir. Adapun hukuman Takzir yang diberikan di Indonesia terkait dengan masalah pornoaksi melalui media seluler adalah hukuman yang berkaitan dengan kemerdekaan seseorang, seperti hukuman penjara dan pengasingan, hukuman Ta'zir yang berkaitan dengan harta seperti denda, penyitaan perampasan harta dan penghancuran barang serta hukuman lain yang ditentukan oleh Ulil Amri demi kemaslahatan umum seperti peringatan keras, celaan terhadap pelaku, pengucilan dan pemecatan pelaku dari tempatnya bekerja.
2. Desni Muliyani(2003) mengkaji tentang : Kejahatan Seksual Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Ditinjau Menurut Hukum Islam menyimpulkan:
• Perbuatan-perbuatan yang termasuk kejahatan seksual dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana adalah sebagai tercantum dalam pasal 281 tentang kejahatan kesusilaan di muka umum, pasal 282 dan 284 tentang zina dan pornografi, pasal 285 tentang perkosaan, pasal 286 tentang bersetubuh dengan wanita di luar perkawinan yang belum berumur 15 tahun, pasal 288 tentang bersetubuh dengan seorang wanita yang dikawininya yang belum waktunya untuk dikawin, pasal 289 tentang kekerasan memaksa orang lain untuk melakukan perbuatan cabul atau menyerang kehormatan, pasal 290 tentang melakukan perbuatan cabul dengan orang dengan keadaan pingsan atau tidak berdaya, pasal 292 tentang melakukan perbuatan cabul orang lain yang sama jenis kelaminnya dan belum dewasa.
• Sanksi kejahatan seksual berdasarkan berdasarkan pasal-pasal tersebut dalam kitab Undang-Undang hukum pidana ditinjau menurut Hukum Islam adalah sejalan. Karena menurut Hukum Islam perbuatan-perbuatan yang dapat dikenakan sanksi dalam Hukum Pidana itu juga dikenakan hukuman atau sanksi menurut Hukum Islam yaitu dalam bentuk hukuman Ta'zir dan hukuman yang serupa dengan Hudud Dera dan Jilid.
Metode Penelitian
Untuk mendapat kajian yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka dalam pengumpulan data, menjelaskan, menganalisa, dan menyimpulkan objek pembahasan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian normatif yakni ditujukan untuk mendapatkan hal-hal yang bersifat teoritis yang dilakukan melalui studi keperpustakaan (library research). Studi keperpustakaan yaitu suatu bentuk penelitian yang datanya diperoleh dari pustaka, dimana penelitian ini lazimnya menggunakan data sekunder. (Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 1985:48)
Jenis Dan Sumber Bahan Hukum
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan meliputi bahan hukum primer dan bahan hukum tersier, yaitu tentang landasan pemikiran dilarangnya Pornografi dalam bentuk video porno melalui internet di Indonesia Tinjauan Hukum Islam mengenai sanksi Pembuatan dan Penyebaran Video Porno Melalui Internet.
Sedangkan sumber bahan hukum yang digunakan dalam penelitian terdiri atas tiga macam menurut (Soerjono Soekanto, 1986: 52) yaitu:
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat. Adapun bahan hukum primer terdiri atas: Al-Qur’an, Hadits, dan kitab undang-undang Hukum pidana (KUHP).
b. Bahan hukum skunder, yaitu memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder dalam penelitian ialah kitab-kitab kuning yang memberi penjelasan terhadap Al-Qur’an dan Hadits, Pendapat Ulama (Ijma’), penjelasan Undang-Undang, hasil penelitian, dan buku-buku pustaka.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjabaran terhadap bahan primer dan sekunder. Adapun bahan hukum tersier dalam penelitian ini seperti: Kamus Hukum karya Andi Hamzah dan Simorangkit, J.C.T Dkk, Kamus Bahasa Arab, Asas-asas Hukum Pidana, Moeljanto (2008), Rajam Dalam Arus Budaya Syahwat (2001), Tindak Pidana Pornografi Chazawi, Adami, (2009), Fiqh Islam. Rasjid, Sulaiman (2005), Internet, koran atau majalah dan lain-lainya yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian terdiri dari bahan pustaka atau studi dokumen, pengamatan atau observasi, dan wawancara. (Soerjono Soekanto, 1986:201)
Data dalam penelitian ini, penulis menggunakan bahan pustaka atau studi dokumen dalam pengumpulan datanya, yaitu dengan cara mencari, membaca, mengkaji, menelaah, dan menganalisa serta membandingkan bahan sumber-sumber sekunder, kemudian menganalisis pendapat Para Pakar Hukum Pidana dan Para Ulama yang terdapat dalam buku-buku, surat kabar dan internet yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.
Teknik Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisa secara deskriptif kualitatif, dengan cara menarik suatu kesimpulan secara deduktif, yaitu berupa pernyataan-pernyataan yang bersifat umum, kepada yang bersifat khusus sehingga dapat memungkinkan penyajian hasil penelitian ini mudah dimengerti dan dipahami.


DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Dan Terjemahan
Al-habib Muhammad bin salim bin hafizh, 2005. Kunci Memahami Hukum Pernikahan, Palembang: Darul Hijrah
Amin, Suma, Muhammad, 2001. Pidana Islam di Indonesia, Jakarta: Pustaka Firdaus
Chazawi, Adami, 2009. Tindak Pidana Pornografi. Surabaya: Putra Media Nusantara
Chazawi, Adami, 2005. Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, Jakarta: RajaGrafindo Persada
Bungin, Burhan, 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rajawali Pers
Djubaedah, Neng, 2003. Pornografi dan Pornoaksi ditinjau dari Hukum Islam, Bogor: Kencana
Guza, Afnil, 2008. Undang-Undang Pornografi Uu No 44 Tahun 2008. Jakarta: Penerbit Asa Mandiri
Husaini, adian, 2001. RAJAM DALAM ARUS BUDAYA SYAHWAT, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Kansil, 1989. Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Mas’ud, Abdurrahman, 2006. NEGARA BANGSA VS NEGARA SYARIAH, Yogya-karta: Gamma Media
Mas’adi, ghufron, 1997. METODOLOGI PEMBAHARUAN HUKUM ISLAM, Jakarta: RajaGrafindo Persada
Moeljanto, 2008. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta
Raharjo, Agus, 2002. Cybercrime Pemahaman Dan Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi. Bandung: Citra Aditya Bakti
Rasjid, Sulaiman. 2005. Fiqih Islam Bandung: Sinar Baru Algensido
Soekanto, Soerjono, 1986. PENGANTAR PENELITIAN HUKUM, Jakarta: Universitas Indonesia press
Soemardi, Dedi, 1986. Sumber-Sumber Hukum Positif. Bandung: Alumni
Solahuddin, 2007. KUHP DAN KUHAP, Jakarta: Transmedia pustaka
Utami, Pratiwi, 2008. Undang-Undang ITE Nomor 11 Tahun 2008. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher
Willis, S Sofyan, 2008. Remaja Dan Masalahnya, Bandung: Alfabeta
Yusuf, Imaning, 2009. Fiqh Jinayah I. Palembang: Fatah Press
http://buser.liputan6.com/berita/201009/294076/Perekam.dan.Penyebar.Video.Mesum. Ditangkap.html/diakses.Tanggal 27 Desember 2010
http://indonesia.faithfreedom.org/forum/aceh-pelajar-buru-video-artis-ancamanrajam-ulama-t39056/diakses tanggal 9 februari 2011

http://konsultasi.wordpress.com/2010/07/02/bolehkah-merekam-hubungan-suami-istri/diakses tanggal 08 februari 2011
http//mujahidbertopeng.blogspot.com/batasan-pornografi-dan-pornoaksi-menurut-islam.html/diakses. 07/12/2010
http://www.persis.or.id/diakses Tanggal 9 Februari 2011

http://legalitas.org

Senin, 07 Februari 2011

Kisah 1001 Malam Abunawas 16 & 17


: Raja Dijadikan Budak

Kadangkala untuk menunjukkansesuatu kepada sang Raja, Abu Nawas tidak bisa
hanya sekedar melaporkannya secara lisan. Raja harus mengetahuinya dengan
mata kepala sendiri, bahwa masih banyak di antara rakyatnya yang hidup
sengsara. Ada saja praktek jual beli budak.
Dengan tekad yang amat bulat Abu Nawas merencanakan menjuai Baginda
Raja. Karena menurut Abu Nawas hanya Baginda Raja yang paling patut untuk
dijual. Bukankah selama ini Baginda Raja selalu miempermainkan dirinya dan
menyengsarakan pikirannya? Maka sudah sepantasnyalah kalau sekarang giliran
Abu Nawas mengerjai Baginda Raja.
Abu Nawas menghadap dan berkata kepada Baginda Raja Harun Al Rasyid.
"Ada sesuatu yang amat menarik yang akan hamba sampaikan hanya kepada
Paduka yang mulia."
"Apa itu wahai Abu Nawas?" tanya Baginda langsung tertarik.
"Sesuatu yang hamba yakin belum pernah terlintas di dalam benak Paduka yang
mulia." kata Abu Nawas meyakinkan.
"Kalau begitu cepatlah ajak aku ke sana untuk menyaksikannya." kata Baginda
Raja tanpa rasa curiga sedikit pun.
"Tetapi Baginda ... " kata Abu Nawas sengaja tidak melanjutkan kalimatnya.
"Tetapi apa?" tanya Baginda tidak sabar.
"Bila Baginda tidak menyamarsebagai rakyat biasa maka pasti nanti orang-orang
akan banyak yang ikut menyaksikan benda ajaib itu." kata Abu Nawas.
Karena begitu besar keingintahuan Baginda Raja, maka beliau bersedia
menyamar sebagai rakyat biasa seperti yang diusulkan Abu Nawas.
Kemudian Abu Nawas dan Baginda Raja Harun Al Rasyid berangkat menuju ke
sebuah hutan.
Setibanya di hutan Abu Nawas mengajak Baginda Raja mendekati sebuah pohon
yang rindang dan memohon Baginda Raja menunggu di situ. Sementara itu Abu
Nawas menemui seorang badui yang pekerjaannya menjuai budak. Abjj Nawas
mengajak pedagang budak itu untuk mettrtat calon budak yang akan dijual
kepadanya dari jarak yang agak jauh. Abu Nawas beralasan bahwa sebenarnya
calon budak itu adalah teman dekatnya. Dari itu Abu Nawas tidak tega
menjualnya di depan mata. Setelah pedagang budak itu memperhatikan dari
kejauhan ia merasa cocok. Abu Nawas pun membuatkan surat kuasa yang
menyatakan bahwa pedagang budak sekarang mempunyai hak penuh atas diri
orang yang sedang duduk di bawah pohon rindang itu. Abu Nawas pergi begitu
menerima beberapa keping uang emas dari pedagang budak itu.
Baginda Raja masih menunggu Abu Nawas di situ ketika pedagang budak
menghampirinya. la belum tahu mengapa Abu Nawas belum juga menampakkan
batang hidungnya. Baginda juga merasa heran mengapa ada orang lain di situ.
"Siapa engkau?" tanya Baginda Raja kepada pedagang budak.
"Aku adalah tuanmu sekarang." kata pedagang budak itu agak kasar.
Tentu saja pedagang budak itu tidak mengenali Baginda Raja Harun Al Rasyid
dalam pakaian yang amat sederhana.
"Apa maksud perkataanmu tadi?" tanya Baginda Raja dengan wajah merah
padam.
"Abu Nawas telah menjual engkau kepadaku dan inilah surat kuasa yang baru
dibuatnya." kata pedagang budak dengan kasar.
"Abu Nawas menjual diriku kepadamu?" kata Baginda makin murka.
"Ya!" bentak pedagang budak.
"Tahukah engkau siapa aku ini sebenarnya?" tanya Baginda geram.
"Tidak dan itu tidak perlu." kata pedagang budak seenaknya. Lalu ia menyeret
budak barunya ke belakang rumah. Sultan Harun Al Rasyid diberi parang dan
diperintahkan untuk membelah kayu.
Begitu banyak tumpukan kayu di belakang rumah badui itu sehingga
memandangnya saja Sultan Harun Al Rasyid sudah merasa ngeri, apalagi harus
mengerjakannya.
"Ayo kerjakan!"
Sultan Harun Al Rasyid mencoba memegang kayu dan mencoba membelahnya,
namun si badui melihat cara Sultan Harun Al Rasyid memegang parang merasa
aneh.
"Kau ini bagaimana, bagian parang yang tumpul kau arahkan ke kayu, sungguh
bodoh sekali !"
Sultan Harun Al Rasyid mencoba membalik parang hingga bagian yang tajam
terarah ke kayu. la mencoba membelah namun tetap saja pekerjaannya terasa
aneh dan kaku bagi si badui.
"Oh, beginikah derita orang-orang miskin mencari sesuap nasi, harus bekerja
keras lebih dahulu. Wah lama-lama aku tak tahan juga." gumam Sultan Harun Al
Rasyid.
Si badui menatap Sultan Harun Al Rasyid dengan pandangan heran dan lama-
lama menjadi marah. la merasa rugi barusan membeli budak yang bodoh.
"Hai badui! Cukup semua ini aku tak tahan."
"Kurang ajar kau budakku harus patuh kepadaku!" kata badui itu sembari
memukul baginda. Tentu saja raja yang tak pernah disentuh orang iki menjerit
keras saat dipukul kayu.
"Hai badui! Aku adalah rajamu, Sultan Harun Al Rasyid." kata Baginda sambil
menunjukkan tanda kerajaannya.
Pedagang budak itu kaget dan mulai mengenal Baginda Raja.
la pun langsung menjatuhkan diri sembari menyembah Baginda Raja. Baginda
Raja mengampuni pedagang budak itu karena ia memang tidak tahu. Tetapi
kepada Abu Nawas Baginda Raja amat murka dan gemas. Ingin rasanya beliau
meremas-remas tubuh Abu Nawas seperti telur.
oo000oo


Kisah 1001 Malam Abunawas : Menipu Tuhan

Abu Nawas sebenarnya adalah seorang ulama yang alim. Tak begitu
mengherankan jika Abu Nawas mempunyai murid yang tidak sedikit.
Diantara sekian banyak muridnya, ada satu orang yang hampir selalu
menanyakan mengapa Abu Nawas mengatakan begini dan begitu. Suatu ketika
ada tiga orang tamu bertanya kepada Abu Nawas dengan pertanyaan yang
sama. Orang pertama mulai bertanya,
"Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau
orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?"
"Orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil." jawab Abu Nawas.
"Mengapa?" kata orang pertama.
"Sebab lebih mudah diampuni oleh Tuhan." kata Abu Nawas.
Orang pertama puas karena ia memang yakin begitu.
Orang kedua bertanya dengan pertanyaan yang sama. "Manakah yang lebih
utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan
dosa-dosa kecil?"
"Orang yang tidak mengerjakan keduanya." jawab Abu Nawas.
"Mengapa?" kata orang kedua.
"Dengan tidak mengerjakan keduanya, tentu tidak memerlukan pengampunan
dari Tuhan." kata Abu Nawas. Orang kedua langsung bisa mencerna jawaban
Abu Nawas.
Orang ketiga juga bertanya dengan pertanyaan yang sama. "Manakah yang iebih
utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan
dosa-dosa kecil?"
"Orang yang mengerjakan dosa-dosa besar." jawab Abu Nawas.
"Mengapa?" kata orang ketiga.
"Sebab pengampunan Allah kepada hambaNya sebanding dengan besarnya dosa
hamba itu." jawab Abu Nawas. Orang ketiga menerima aiasan Abu Nawas.
Kemudian ketiga orang itu pulang dengan perasaan puas.
Karena belum mengerti seorang murid Abu Nawas bertanya.
"Mengapa dengan pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang
berbeda?"
"Manusia dibagi tiga tingkatan. Tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan
hati."
"Apakah tingkatan mata itu?" tanya murid Abu Nawas. "Anak kecil yang melihat
bintang di langit. la mengatakan bintang itu kecil karena ia hanya
menggunakan mata." jawab Abu Nawas mengandaikan.
"Apakah tingkatan otak itu?" tanya murid Abu Nawas. "Orang pandai yang
melihat bintang di langit. la mengatakan bintang itu besar karena ia
berpengetahuan." jawab Abu Nawas.
"Lalu apakah tingkatan hati itu?" tanya murid Abu Nawas.
"Orang pandai dan mengerti yang melihat bintang di langit. la tetap
mengatakan bintang itu kecil walaupun ia tahu bintang itu besar. Karena bagi
orang yang mengerti tidak ada sesuatu apapun yang besar jika dibandingkan
dengan KeMaha-Besaran Allah."
Kini murid Abu Nawas mulai mengerti mengapa pertanyaan yang sama bisa
menghasilkan jawaban yang berbeda. la bertanya lagi.
"Wahai guru, mungkinkah manusia bisa menipu Tuhan?"
"Mungkin." jawab Abu Nawas.
"Bagaimana caranya?" tanya murid Abu Nawas ingin tahu.
"Dengan merayuNya melalui pujian dan doa." kata Abu Nawas
"Ajarkanlah doa itu padaku wahai guru." pinta murid Abu Nawas
"Doa itu adalah : llahi lastu HI firdausi ahla, wala aqwa'alan naril jahimi, fahabli
taubatan waghfir dzunubi, fa innaka ghafiruz dzanbil 'adhimi.
Sedangkan arti doa itu adalah : Wahai Tuhanku, aku ini tidak pantas menjadi
penghuni surga, tetapi aku tidak akan kuat terhadap panasnya api neraka. Oleh
sebab itu terimalah tobatku serta ampunilah dosa-dosaku. Karena sesungguhnya
Engkaulah Dzat yang mengampuni dosa-dosa besar.
oo000oo

Kisah 1001 Malam Abunawas 14 & 15


Kisah 1001 Malam Abunawas : Taruhan Yang Berbahaya

Taruhan Yang Berbahaya

Pada suatu sore ketika Abu Nawas ke warung teh kawan-kawannya sudah
berada di situ. Mereka memang sengaja sedang menunggu Abu Nawas.
"Nah ini Abu Nawas datang." kata salah seorang dari mereka.
"Ada apa?" kata Abu Nawas sambil memesan secangkir teh hangat.
"Kami tahu engkau selalu bisa melepaskan diri dari perangkap-perangkap yang
dirancang Baginda Raja Harun Al Rasyid. Tetapi kami yakin kali ini engkau pasti
dihukum Baginda Raja bila engkau berani melakukannya." kawan-kawan Abu
Nawas membuka percakapan.
"Apa yang harus kutakutkan. Tidak ada sesuatu apapun yang perlu ditakuti
kecuali kepada Allah Swt." kata Abu Nawas menentang.
"Selama ini belum pernah ada seorang pun di negeri ini yang berani memantati
Baginda Raja Harun Al Rasyid. Bukankah begitu hai Abu Nawas?" tanya kawan
Abu Nawas.
"Tentu saja tidak ada yang berani melakukan hal itu karena itu adalah
pelecehan yang amat berat hukumannya pasti dipancung." kata Abu Nawas
memberitahu.
"Itulah yang ingin kami ketahui darimu. Beranikah engkau melakukannya?"
"Sudah kukatakan bahwa aku hanya takut kepada Allah Swt. saja. Sekarang apa
taruhannya bila aku bersedia melakukannya?" Abu Nawas ganti bertanya.
"Seratus keping uang emas. Disamping itu Baginda harus tertawa tatkala engkau
pantati." kata mereka. Abu Nawas pulang setelah menyanggupi tawaran yang
amat berbahaya itu.
Kawan-kawan Abu Nawas tidak yakin Abu Nawas sanggup membuat Baginda
Raja tertawa apalagi ketika dipantati. Kayaknya kali ini Abu Nawas harus
berhadapan dengan algojo pemenggal kepala.
Minggu depan Baginda Raja Harun Al Rasyid akan mengadakan jamuan
kenegaraan. Para menteri, pegawai istana dan orang-orang dekat Baginda
diundang, termasuk Abu Nawas. Abu Nawas merasa hari-hari berlalu dengan
cepat karena ia harus menciptakan jalan keluar yang paling aman bagi
keselamatan lehernya dari pedang algojo. Tetapi bagi kawan-kawan Abu Nawas
hari-hari terasa amat panjang. Karena mereka tak sabar menunggu pertaruhan
yang amat mendebarkan itu.
Persiapan-persiapan di halaman istana sudah dimulai. Baginda Raja
menginginkan perjamuan nanti meriah karena Baginda juga mengundang raja-
raja dari negeri sahabat.
Ketika hari yang dijanjikan tiba, semua tamu sudah datang kecuali Abu Nawas.
Kawan-kawan Abu Nawas yang menyaksikan dari jauh merasa kecewa karena
Abu Nawas tidak hadir. Namun temyata mereka keliru. Abu Nawas bukannya
tidak datang tetapi terlambat sehingga Abu Nawas duduk di tempat yang paling
belakang.
Ceramah-ceramah yang mengesankan mulai disampaikan oleh para ahli pidato.
Dan tibalah giliran Baginda Raja Harun Al Rasyid menyampaikan pidatonya.
Seusai menyampaikan pidato Baginda melihat Abu Nawas duduk sendirian di
tempat yang tidak ada karpetnya. Karena merasa heran Baginda bertanya,
"Mengapa engkau tidak duduk di atas karpet?"
"Paduka yang mulia, hamba haturkan terima kaslh atas perhatian Baginda.
Hamba sudah merasa cukup bahagia duduk di sini." kata Abu Nawas.
"Wahai Abu Nawas, majulah dan duduklah di atas karpet nanti pakaianmu kotor
karena duduk di atas tanah." Baginda Raja menyarankan. "Ampun Tuanku yang
mulia, sebenarnya hamba ini sudah duduk di atas karpet."
Baginda bingung mendengar pengakuan Abu Nawas. Karena Baginda melihat
sendiri Abu Nawas duduk di atas lantai. "Karpet yang mana yang engkau
maksudkan wahai Abu Nawas?" tanya Baginda masih bingung.
"Karpet hamba sendiri Tuanku yang mulia. Sekarang hamba selalu membawa
karpet ke manapun hamba pergi." Kata Abu Nawas seolah-olah menyimpan
misteri.
"Tetapi sejak tadi aku belum melihat karpet yang engkau bawa." kata Baginda
Raja bertambah bingung.
"Baiklah Baginda yang mulia, kalau memang ingin tahu maka dengan senang
hati hamba akan menunjukkan kepada Paduka yang mulia." kata Abu Nawas
sambil beringsut-ringsut ke depan. Setelah cukup dekat dengan Baginda, Abu
Nawas berdiri kemudian menungging menunjukkan potongan karpet yang
ditempelkan di bagian pantatnya. Abu Nawas kini seolah-olah memantati
Baginda Raja Harun Al Rasyid. Melihat ada sepotong karpet menempel di pantat
Abu Nawas, Baginda Raja tak bisa membendung tawa sehingga beliau
terpingkal-pingkal diikuti oleh para undangan.
Menyaksikan kejadian yang menggelikan itu kawan-kawan Abu Nawas merasa
kagum.
Mereka harus rela melepas seratus keping uang emas untuk Abu Nawas.
oo000oo



Kisah 1001 Malam Abunawas : Abu Nawas Mati

Baginda Raja pulang ke istana dan langsung memerintahkan para prajuritnya
menangkap Abu Nawas. Tetapi Abu Nawas telah hilang entah kemana karena ia
tahu sedang diburu para prajurit kerajaan. Dan setelah ia tahu para prajurit
kerajaan sudah meninggalkan rumahnya, Abu Nawas baru berani pulang ke
rumah.
"Suamiku, para prajurit kerajaan tadi pagi mencarimu."
"Ya istriku, ini urusan gawat. Aku baru saja menjual Sultan Harun Al Rasyid
menjadi budak."
"Apa?"
"Raja kujadikan budak!"
"Kenapa kau lakukan itu suamiku."
"Supaya dia tahu di negerinya ada praktek jual beli budak. Dan jadi budak itu
sengsara."
"Sebenarnya maksudmu baik, tapi Baginda pasti marah. Buktinya para prajurit
diperintahkan untuk menangkapmu."
"Menurutmu apa yang akan dilakukan Sultan Harun Al Rasyid kepadaku."
"Pasti kau akan dihukum berat."
"Gawat, aku akan mengerahkan ilmu yang kusimpan,"
Abu Nawas masuk ke dalam, ia mengambil air wudhu lalu mendirikan shalat dua
rakaat. Lalu berpesan kepada istrinya apa yang harus dikatakan bila Baginda
datang.
Tidak berapa alama kemudian tetangga Abu Nawas geger, karena istri Abu
Nawas menjerit-jerit.
"Ada apa?" tanya tetangga Abu Nawas sambil tergopoh-gopoh.
"Huuuuuu .... suamiku mati....!"
"Hah! Abu Nawas mati?"
"lyaaaa....!"
Kini kabar kematian Abu Nawas tersebar ke seluruh pelosok negeri. Baginda
terkejut. Kemarahan dan kegeraman beliau agak susut mengingat Abu Nawas
adalah orang yang paling pintar menyenangkan dan menghibur Baginda Raja.
Baginda Raja beserta beberapa pengawai beserta seorang tabib (dokter) istana,
segera menuju rumah Abu Nawas. Tabib segera memeriksa Abu Nawas. Sesaat
kemudian ia memberi laporan kepada Baginda bahwa Abu Nawas memang telah
mati beberapa jam yang lalu.
Setelah melihat sendiri tubuh Abu Nawas terbujur kaku tak berdaya, Baginda
Raja marasa terharu dan meneteskan air mata. Beliau bertanya kepada istri
Abu Nawas.
"Adakah pesan terakhir Abu Nawas untukku?"
"Ada Paduka yang mulia." kata istri Abu Nawas sambil menangis.
"Katakanlah." kata Baginda Raja.
"Suami hamba, Abu Nawas, memohon sudilah kiranya Baginda Raja mengampuni
semua kesalahannya dunia akhirat di depan rakyat." kata istri Abu Nawas
terbata-bata.
"Baiklah kalau itu permintaan Abu Nawas." kata Baginda Raja menyanggupi.
Jenazah Abu Nawas diusung di atas keranda. Kemudian Baginda Raja
mengumpulkan rakyatnya di tanah lapang.
Beliau berkata, "Wahai rakyatku, dengarkanlah bahwa hari ini aku, Sultan
Harun Al Rasyid telah memaafkan segala kesalahan Abu Nawas yang telah
diperbuat terhadap diriku dari dunia hingga akhirat. Dan kalianlah sebagai
saksinya."
Tiba-tiba dari dalam keranda yang terbungkus kain hijau terdengar suara keras,
"Syukuuuuuuuur ...... !"
Seketika pengusung jenazah ketakukan, apalagi melihat Abu Nawas bangkit
berdiri seperti mayat hidup. Seketika rakyat yang berkumpul lari tunggang
langgang, bertubrukan dan banyak yang jatuh terkilir. Abu Nawas sendiri segera
berjalan ke hadapan Baginda. Pakaiannya yang putih-putih bikin Baginda keder
juga.
"Kau... kau.... sebenarnya mayat hidup atau memang kau hidup lagi?" tanya
Baginda dengan gemetar.
"Hamba masih hidup Tuanku. Hamba mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga atas pengampunan Tuanku."
"Jadi kau masih hidup?"
"Ya, Baginda. Segar bugar, buktinya kini hamba merasa lapar dan ingin segera
pulang."
"Kurang ajar! Ilmu apa yang kau pakai Abu Nawas?
"Ilmu dari mahaguru sufi guru hamba yang sudah meninggal dunia..."
"Ajarkan ilmu itu kepadaku..."
"Tidak mungkin Baginda. Hanya guru hamba yang mampu melakukannya.
Hamba tidak bisa mengajarkannya sendiri."
"Dasar pelit !" Baginda menggerutu kecewa.
oo000oo

Mau douwnlod mp3

kumpulan lagu mp3 dll ada di sini.

Kisah 1001 Malam Abunawas Bagian 12 & 13

Kisah 1001 Malam Abunawas : Manusia Bertelur

Sudah bertahun-tahun Baginda Raja Harun Al Rasyid ingin mengalahkan Abu
Nawas. Namun perangkap-perangkap yang selama ini dibuat semua bisa diatasi
dengan cara-cara yang cemerlang oleh Abu Nawas. Baginda Raja tidak putus
asa. Masih ada puluhan jaring muslihat untuk menjerat Abu Nawas.
Baginda Raja beserta para menteri sering mengunjungi tempat pemandian air
hangat yang hanya dikunjungi para pangeran, bangsawan dan orang-orang ter-
kenal. Suatu sore yang cerah ketika Baginda Raja beserta para menterinya
berendam di kolam, beliau berkata kepada para menteri,
"Aku punya akal untuk menjebak Abu Nawas."
"Apakah itu wahai Paduka yang mulia ?" tanya salah seorang menteri.
"Kalian tak usah tahu dulu. Aku hanya menghendaki kalian datang lebih dini
besok sore. Jangan lupa datanglah besok sebelum Abu Nawas datang karena
aku akan mengundangnya untuk mandi bersama-sama kita." kata Baginda Raja
memberi pengarahan. Baginda Raja memang sengaja tidak menyebutkan tipuan
apa yang akan digelar besok.
Abu Nawas diundang untuk mandi bersama Baginda Raja dan para menteri di
pemandian air hangat yang terkenal itu. Seperti yang telah direncanakan,
Baginda Raja dan para meriteri sudah datang lebih dahulu. Baginda membawa
sembilan belas butir telur ayam. Delapan belas butir dibagikan kepada para
menterinya. Satu butir untuk dirinya sendiri. Kemudian Baginda memberi pe-
ngarahan singkat tentang apa yang telah direncanakan untuk menjebak Abu
Nawas.
Ketika Abu Nawas datang, Baginda Raja beserta para menteri sudah berendam
di kolam. Abu Nawas melepas pakaian dan langsung ikut berendam. Abu Nawas
harap-harap cemas. Kira-kira permainan apa lagi yang akan dihadapi. Mungkin
permainan kali ini lebih berat karena Baginda Raja tidak memberi tenggang
waktu untuk berpikir.
Tiba-tiba Baginda Raja membuyarkan lamunan Abu Nawas. Beliau berkata, "Hai
Abu Nawas, aku mengundangmu mandi bersama karena ingin mengajak engkau
ikut dalam permainan kami"
"Permainan apakah itu Paduka yang mulia ?" tanya Abu Nawas belum mengerti.
"Kita sekali-kali melakukan sesuatu yang secara alami hanya bisa dilakukan oleh
binatang. Sebagai manusia kita mesti bisa dengan cara kita masing-masing."
kata Baginda sambil tersenyum.
"Hamba belum mengerti Baginda yang mulia." kata Abu Nawas agak ketakutan.
"Masing-masing dari kita harus bisa bertelur seperti ayam dan barang siapa yang
tidak bisa bertelur maka ia harus dihukum!" kata Baginda.
Abu Nawas tidak berkata apa-apa.Wajahnya nampak murung. la semakin yakin
dirinya tak akan bisa lolos dari lubang jebakan Baginda dengan mudah.
Melihat wajah Abu Nawas murung, wajah Baginda Raja semakin berseri-seri.
"Nan sekarang apalagi yang kita tunggu. Kita menyelam lalu naik ke atas sambil
menunjukkan telur kita masing-masing." perintah Baginda Raja.
Baginda Raja dan para menteri mulai menyelam, kemudian naik ke atas satu
persatu derigan menanting sebutir telur ayam. Abu Nawas masih di dalam
kolam. ia tentu saja tidak sempat mempersiapkan telur karena ia memang
tidak tahu kalau ia diharuskan bertelur seperti ayam. Kini Abu Nawas tahu
kalau Baginda Raja dan para menteri telah mempersiapkan telur masing-masing
satu butir. Karena belum ada seorang manusia pun yang bisa bertelur dan tidak
akan pernah ada yang bisa.
Karena dadanya mulai terasa sesak. Abu Nawas cepat-cepat muncul ke
permukaan kemudian naik ke atas. Baginda Raja langsung mendekati Abu
Nawas.
Abu Nawas nampak tenang, bahkan ia berlakau aneh, tiba-tiba saja ia
mengeluarkan suara seperti ayam jantan berkokok, keras sekali sehingga
Baginda dan para menterinya merasa heran.
"Ampun Tuanku yang mulia. Hamba tidak bisa bertelur seperti Baginda dan para
menteri." kata Abu Nawas sambil membungkuk hormat.
"Kalau begitu engkau harus dihukum." kata Baginda bangga.
"Tunggu dulu wahai Tuanku yang mulia." kata Abu Nawas memohon.
"Apalagi hai Abu Nawas." kata Baginda tidak sabar.
"Paduka yang mulia, sebelumnya ijinkan hamba membela diri. Sebenarnya
kalau hamba mau bertelur, hamba tentu mampu. Tetapi hamba merasa
menjadi ayam jantan maka hamba tidak bertelur. Hanya ayam betina saja yang
bisa bertelur. Kuk kuru yuuuuuk...!" kata Abu Nawas dengan membusungkan
dada.
Baginda Raja tidak bisa berkata apa-apa. Wajah Baginda dan para menteri yang
semula cerah penuh kemenangan kini mendadak berubah menjadi merah
padam karena malu. Sebab mereka dianggap ayam betina.
Abu Nawas memang licin, malah kini lebih licin dari pada belut. Karena merasa
malu, Baginda Raja Harun Al Rasyid dan para menteri segera berpakaian dan
kembali ke istana tanpa mengucapkan sapatah kata pun.
Memang Abu Nawas yang tampaknya blo'on itu sebenarnya diakui oleh para
ilmuwan sebagai ahli mantiq atau ilmu logika. Gampang saja baginya untuk
membolak-balikkan dan mempermainkan kata-kata guna menjatuhkan mental
lawan-lawannya.
oo000oo


Kisah 1001 Malam Abunawas : Ketenangan Hati


Sudan lama Abu nawas tidak dipanggil ke istana untuk menghadap Baginda.
Abunawas juga sudah lama tidak muncul di kedai teh. Kawan-kawan Abunawas
banyak yang merasa kurang bergairah tanpa kehadiran Abu nawas. Tentu saja
keadaan kedai tak semarak karena Abu nawas si pemicu tawa tidak ada.
Suatu hari ada seorang laki-laki setengah baya ke kedai teh menanyakan Abu
nawas. la mengeluh bahwa ia tidak menemukan jalan keluar dari rnasalah pelik
yang dihadapi.
Salah seorang teman Abunawas ingin mencoba menolong.
"Cobalah utarakan kesulitanmu kepadaku barang-kali aku bisa membantu." kata
kawan Abunawas.
"Baiklah. Aku mempunyai rumah yang amat sempit. Sedangkan aku tinggal
bersama istri dan kedelapan anak-anakku. Rumah itu kami rasakan terlalu
sempit sehingga kami tidak merasa bahagia." kata orang itu membeberkan
kesulitannya.
Kawan Abunawas tidak mampu memberikan jalan keluar, juga yang lainnya.
Sehingga mereka menyarankan agar orang itu pergi menemui Abunawas di
rumahnya saja.
Orang itu pun pergi ke rumah Abunawas. Dan kebetulan Abu Nawas sedang
mengaji. Setelah mengutarakan kesulitan yang sedang dialami, Abunawas
bertanya kepada orang itu.
"Punyakah engkau seekor domba?"
"Tidak tetapi aku mampu membelinya." jawab orang itu.
"Kalau begitu belilah seekor dan tempatkan domba itu di dalam rumahmu."
Abunawas menyarankan.
Orang itu tidak membantah. la langsung membeli seekor domba seperti yang
disarankan Abunawas.
Beberapa hari kemudian orang itu datang lagi menemui Abu Nawas.
"Wahai Abunawas, aku telah melaksanakan saranmu, tetapi rumahku
bertambah sesak. Aku dan keluargaku merasa segala sesuatu menjadi lebih
buruk dibandingkan sebelum tinggal bersama domba." kata orang itu mengeluh.
"Kalau begitu belilah lagi beberapa ekor unggas dan tempatkan juga mereka di
dalam rumahmu:" kata Abunawas.
Orang itu tidak membantah. la langsung membeli beberapa ekor unggas yang
kemudian dimasukkan ke dalam rumahnya. Beberapa hari kemudian orang itu
datang lagi ke rumah Abu Nawas.
"Wahai Abu Nawas,aku telah melaksanakan saran-saranmu dengan menambah
penghuni rumahku dengan beberapa ekor unggas. Namun begitu aku dan
keluargaku semakin tidak betah tinggal di rumah yang makin banyak
perighuninya. Kami bertambah merasa tersiksa." kata orang itu dengan wajah
yang semakin muram.
"Kalau begitu belilah seekor anak unta dan peliharalah di dalam rumahmu."kata
Abu Nawas menyarankan
Orang itu tidak membantah. la langsung ke pasar hewan membeli seekor anak
unta untuk dipelihara di dalam rumahnya.
Beberapa hari kemudian orang itu datang lagi menemui Abu Nawas. la berkata,
"Wahai Abu Nawas, tahukah engkau bahwa keadaan di dalam rumahku sekarang
hampir seperti neraka. Semuanya berubah menjadi lebih mengerikan dari pada
hari-hari sebelumnya. Wahai Abu Nawas, kami sudah tidak tahan tinggal
serumah dengan binatang-binatang itu." kata orang itu putus asa.
"Baiklah, kalau kalian sudah merasa tidak tahan maka juallah anak unta itu."
kata Abu Nawas.
Orang itu tidak membantah. la langsung menjual anak unta yang baru
dibelinya.
Beberapa hari kemudian Abu Nawas pergi ke rumah orang itu
"Bagaimana keadaan kalian sekarang?" Abu Nawas bertanya.
"Keadaannya sekarang lebih baik karena anak unta itu sudah tidak lagi tinggal
disini." kata orang itu tersenyum. "Baiklah, kalau begitu sekarang juallah
unggas-unggasmu." kata Abu Nawas.
Orang itu tidak membantah. la langsung menjual unggas-unggasnya.
Beberapa hari kemudian Abu Nawas mengunjungi orang itu.
"Bagaimana keadaan rumah kalian sekarang ?" Abu Nawas bertanya.
"Keadaan sekarang lebih menyenangkan karena unggas-unggas itu sudah tidak
tinggal bersama kami." kata orang itu dengan wajah ceria.
"Baiklah kalau begitu sekarang juallah domba itu." kata Abu Nawas.
Orang itu tidak membantah. Dengan senang hati ia langsung menjual
dombanya.
Beberapa hari kemudian Abu Nawas bertamu ke rumah orang itu. la bertanya,
"Bagaimana keadaan rumah kalian sekarang ?" "Kami merasakan rumah kami
bertambah luas karena binatang-binatang itu sudah tidak lagi tinggal bersama
kami. Dan kami sekarang merasa lebih berbahagia daripada dulu. Kami
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepadamu hai Abu Nawas." kata
orang itu dengan wajah berseri-seri.
"Sebenarnya batas sempit dan luas itu tertancap dalam pikiranmu. Kalau
engkau selalu bersyukur atas nikmat dari Tuhan maka Tuhan akan mencabut
kesempitan dalam hati dan pikiranmu." kata Abu Nawas menjelaskan.
Dan sebelum Abu Nawas pulang, ia bertanya kepada orang itu,
"Apakah engkau sering berdoa ?"
"Ya." jawab orang itu.
"Ketahuilah bahwa doa seorang hamba tidak mesti diterima oleh Allah karena
manakala Allah membuka pintu pemahaman kepada engkau ketika Dia tidak
memberi engkau, maka ketiadaan pemberian itu merupakan pemberian yang
sebenarnya."
oo000oo

Kisah 1001 Malam Abunawas Bagian 10 Dan 11

Kisah 1001 Malam Abunawas : Asmara Memang Aneh

Secara tak terduga Pangeran yang menjadi putra marikota jatuh sakit. Sudah
banyak tabib yang didatangkan untuk memeriksa dan mengobati tapi tak
seorang pun mampu menyembuhkannya. Akhirnya Raja mengadakan
sayembara. Sayembara boleh diikuti oleh rakyat dari semua lapisan. Tidak
terkecuali oleh para penduduk negeri tetangga.
Sayembara yang menyediakan hadiah menggiurkan itu dalam waktu beberapa
hari berhasil menyerap ratusan peserta. Namun tak satu pun dari mereka
berhasil mengobati penyakit sang pangeran. Akhirnya sebagai sahabat dekat
Abu Nawas, menawarkan jasa baik untuk menolong sang putra mahkota.
Baginda Harun Al Rasyid menerima usul itu dengan penuh harap. Abu Nawas
sadar bahwa dirinya bukan tabib. Dari itu ia tidak membawa peralatan apa-apa.
Para tabib yang ada di istana tercengang melihat Abu Nawas yang datang tanpa
peralatan yang mungkin diperlukan. Mereka berpikir mungkinkah orang macam
Abu Nawas ini bisa m engobati penyakit sang pangeran? Sedangkan para tabib
terkenal dengan peralatan yang lengkap saja tidak sanggup. Bahkan
penyakitnya tidak terlacak. Abu Nawas merasa bahwa seluruh perhatian tertuju
padanya. Namun Abu Nawas tidak begitu memperdulikannya.
Abu Nawas dipersilahkan memasuki kamar pangeran yang sedang terbaring. la
menghampiri sang pangeran dan duduk di sisinya.
Setelah Abu Nawas dan sang pangeran saling pandang beberapa saat, Abu
Nawas berkata, "Saya membutuhkan seorang tua yang di masa mudanya sering
mengembara ke pelosok negeri."
Orang tua yang diinginkan Abu Nawas didatangkan. "Sebutkan satu persatu
nama-nama desa di daerah selatan." perintah Abu Nawas kepada orang tua itu.
Ketika orang tua itu menyebutkan nama-nama desa bagian selatan, Abu Nawas
menempelkan telinganya ke dada sang pangeran. Kemudian Abu Nawas
memerintahkan agar menyebutkan bagian utara, barat dan timur. Setelah
semua bagian negeri disebutkan, Abu Nawas mohon agar diizinkan mengunjungi
sebuah desa di sebelah utara. Raja merasa heran.
"Engkau kuundang ke sini bukan untuk bertamasya." "Hamba tidak bermaksud
berlibur Yang Mulia." kata Abu Nawas.
"Tetapi aku belum paham." kata Raja.
"Maafkan hamba, Paduka Yang Mulia. Kurang bijaksana rasanya bila hamba
jelaskan sekarang." kata Abu Nawas. Abu Nawas pergi selama dua hari.
Sekembali dari desa itu Abu Nawas menemui sang pangeran dan membisikkan
sesuatu kemudian menempelkan telinganya ke dada sang pangeran. Lalu Abu
Nawas menghadap Raja.
"Apakah Yang Mulia masih menginginkan sang pangeran tetap hidup?" tanya
Abu Nawas.
"Apa maksudmu?" Raja balas bertanya.
"Sang pangeran sedang jatuh cinta pada seorang gadis desa di sebelah utara
negeri ini." kata Abu Nawas menjelaskan.
"Bagaimana kau tahu?"
"Ketika nama-nama desa di seluruh negeri disebutkan tiba-tiba degup
jantungnya bertambah keras ketika mendengarkan nama sebuah desa di bagian
utara negeri ini. Dan sang pangeran tidak berani mengutarakannya kepada
Baginda."
"Lalu apa yang harus aku lakukan?" tanya Raja.
"Mengawinkan pangeran dengan gadis desa itu."
"Kalau tidak?" tawar Raja ragu-ragu.
"Cinta itu buta. Bila kita tidak berusaha mengobati kebutaannya, maka ia akan
mati." Rupanya saran Abu Nawas tidak bisa ditolak. Sang pangeran adalah putra
satu-satunya yang merupakan pewaris tunggal kerajaan.
Abu Nawas benar. Begitu mendengar persetujuan sang Raja, sang pangeran
berangsur-angsur pulih. Sebagai tanda terima kasih Raja memberi Abu Nawas
sebuah cincin permata yang amat indah.
oo000oo


Kisah 1001 Malam Abunawas : Peringatan Aneh

Suatu hari Abu Nawas dipanggil Baginda.
"Abu Nawas." kata Baginda Raja Harun Al Rasyid memulai pembicaraan.
"Daulat Paduka yang mulia." kata Abu Nawas penuh takzim.
"Aku harus berterus terang kepadamu bahwa kali ini engkau kupanggil bukan
untuk kupermainkan atau kuperangkap. Tetapi aku benar-benar memerlukan
bantuanmu." kata Baginda bersungguh-sungguh.
"Gerangan apakah yang bisa hamba lakukan untuk Paduka yang mulia?" tanya
Abu Nawas.
"Ketahuilah bahwa beberapa hari yang lalu aku mendapat kunjungan
kenegaraan dari negeri sahabat. Kebetulan rajanya beragama Yahudi. Raja itu
adalah sahabat karibku. Begitu dia berjumpa denganku dia langsung
mengucapkan salam secara Islam, yaitu Assalamualaikum (kesejahteraan buat
kalian semua) Aku tak menduga sama sekali. Tanpa pikir panjang aku
menjawab sesuai dengan yang diajarkan oleh agama kita, yaitu kalau mendapat
salam dari orang yang tidak beragama Islam hendaklah engkau jawab dengan
Wassamualaikum (Kecelakaan bagi kamu) Tentu saja dia merasa tersinggung.
Dia menanyakan mengapa aku tega membalas salamnya yang penuh doa
keselamatan dengan jawaban yang mengandung kecelakaan. Saat itu sungguh
aku tak bisa berkata apa-apa selain diam. Pertemuanku dengan dia selanjutnya
tidak berjalan dengan semestinya. Aku berusaha menjelaskan bahwa aku hanya
melaksanakan apa yang dianjurkan oleh ajaran agama Islam. Tetapi dia tidak
bisa menerima penjelasanku. Aku merasakan bahwa pandangannya terhadap
agama Islam tidak semakin baik, tetapi sebaliknya. Dan sebelum kami berpisah
dia berkata: Rupanya hubungan antara. kita mulai sekarang tidak semakin baik,
tetapi sebaliknya. Namun bila engkau mempunyai alasan laih yang bisa aku
terima, kita akan tetap bersahabat." kata Baginda menjelaskan dengan wajah
yang amat murung.
"Kalau hanya itu persoalannya, mungkin, hamba bisa memberikan alasan yang
dikehendaki rajaf sahabat Paduka itu yang mulia." kata Abu Nawas meyakinkan
Baginda.
Mendengar kesanggupan Abu Nawas, Baginda amat riang. Beliau berulang-ulang
menepuk pundak Abu Nawas. Wajah Baginda yang semula gundah gulana
seketika itu berubah cerah secerah matahari di pagi hari.
"Cepat katakan, wahai Abu Nawas. Jangan biarkan aku menunggu." kata
Baginda tak sabar.
"Baginda yang mulia, memang sepantasnyalah kalau raja Yahudi itu
menghaturkan ucapan salam keselamatan dan kesejahteraan kepada Baginda.
Karena ajaran Islam memang menuju keselamatan (dari siksa api neraka) dan
kesejahteraan (surga) Sedangkan Raja Yahudi itu tahu Baginda adalah orang
Islam. Bukankah Islam mengajarkan tauhid (yaitu tidak menyekutukan Allah
dengan yang lain, juga tidak menganggap Allah mempunyai anak. Ajaran tauhid
ini tidak dimiliki oleh agama-agama lain termasuk agama yang dianut Raja
Yahudi sahabat Paduka yang mulia. Ajaran agama Yahudi menganggap Uzair
adalah anak Allah seperti orang Nasrani beranggapan Isa anak Allah. Maha Suci
Allah dari segala sangkaan mereka.Tidak pantas Allah mempunyai anak.
Sedangkan orang Islam membalas salam dengan ucapan Wassamualaikum
(kecelakaan bagi kamu) bukan berarti kami mendoakan kamu agar celaka.
Tetapi semata-mata karena ketulusan dan kejujuran ajaran Islam yang masih
bersedia
memperingatkan orang lain atas kecelakaan
yang akan menimpa
mereka bila mereka tetap berpegang teguh pada keyakinan yang keliru itu,
yaitu tuduhan mereka bahwa Allah Yang Maha Pengasih mempunyai anak." Abu
Nawas menjelaskan.
Seketika itu kegundahan Baginda Raja Harun Al Rasyid sirna. Kali ini saking
gembiranya Baginda menawarkan Abu Nawas agar memilih sendiri hadiah apa
yang disukai. Abu Nawas tidak memilih apa-apa karena ia berkeyakinan bahwa
tak selayaknya ia menerima upah dari ilmu agama yang ia sampaikan.
oo000oo

Kisah 1001 Malam Abunawas Bagian 8 Dan 9

Kisah 1001 Malam Abunawas: Strategi Maling

Tanpa pikir panjang Abu Nawas memutuskan untuk menjual keledai
kesayangannya. Keledai itu merupakan kendaraan Abu Nawas satu-satunya.
Sebenarnya ia tidak tega untuk menjualnya. Tetapi keluarga Abu Nawas amat
membutuhkan uang. Dan istrinya setuju.
Keesokan harinya Abu Nawas membawa keledai ke pasar. Abu Nawas tidak tahu
kalau ada sekelompok pencuri yang terdiri dari empat orang telah mengetahui
keadaan dan rencana Abu Nawas. Mereka sepakat akan memperdaya Abu
Nawas. Rencana pun mulai mereka susun.
Ketika Abu Nawas beristirahat di bawah pohon, salah seorang mendekat dan
berkata,
"Apakah engkau akan menjual kambingmu?"
Tentu saja Abu Nawas terperanjat mendengar pertanyaan yang begitu tiba-
tiba.
"Ini bukan kambing." kata Abu Nawas.
"Kalau bukan kambing, lalu apa?" tanya pencuri itu selanjutnya.
"Keledai." kata Abu Nawas.
"Kalau engkau yakin itu keledai, jual saja ke pasar dan dan tanyakan pada
mereka." kata komplotan pencuri itu sambil berlalu. Abu Nawas tidak
terpengaruh. Kemudian ia meneruskan perjalanannya.
Ketika Abu Nawas sedang menunggang keledai, pencuri kedua menghampirinya
dan berkata."Mengapa kau menunggang kambing."
"Ini bukan kambing tapi keledai."
"Kalau itu keledai aku tidak bertanya seperti itu, dasar orang aneh. Kambing
kok dikatakan keledai."
"Kalau ini kambing' aku tidak akan menungganginya." jawab Abu Nawas tanpa
ragu.
"Kalau engkau tidak percaya, pergilah ke pasar dan tanyakan pada orang-orang
di sana." kata pencuri kedua sam bil berlalu.
Abu Nawas belum terpengaruh dan ia tetap berjalan menuju pasar.
Pencuri ketiga datang menghampiri Abu Nawas,"Hai Abu Nawas akan kau bawa
ke mana kambing itu?"
Kali ini Abu Nawas tidak segera menjawab.la mulai ragu, sudah tiga orang
mengatakan kalau hewan yang dibawanya adalah kambing.
Pencuri ketiga tidak menyia-nyiakan kesempatan. la makin merecoki otak Abu
Nawas, "Sudahlah, biarpun kau bersikeras hewan itu adalah keledai nyatanya
itu adalah kambing, kambing ....... kambiiiiiing !"
Abu Nawas berhenti sejenak untuk beristirahat di bawah pohon. Pencuri
keempat melaksanakan strategi busuknya. la duduk di samping Abu Nawas dan
mengajak tokoh cerdik ini untuk berbincang-bincang.
"Ahaa, bagus sekali kambingmu ini...!" pencuri keempat membuka percakapan.
"Kau juga yakin ini kambing?" tanya Abu Nawas.
"Lho? ya jelas sekali kalau hewan ini adalah kambing. Kalau boleh aku ingin
membelinya."
"Berapa kau mau membayarnya?"
"Tiga dirham!"
Abu Nawas setuju. Setelah menerima uang dari pencuri keempat kemudian Abu
Nawas langsung pulang. Setiba di rumah Abu Nawas dimarahi istrinya.
"Jadi keledai itu hanya engkau jual tiga dirham lantaran mereka mengatakan
bahwa keledai itu kambing?" Abu Nawas tidak bisa menjawab. la hanya
mendengarkan ocehan istrinya dengan setia sambil menahan rasa dongkol. Kini
ia baru menyadari kalau sudah diperdayai oleh komplotan pencuri yang
menggoyahkan akal sehatnya.
Abu Nawas merencanakan sesuatu. la pergi ke hutan mencari sebatang kayu
untuk dijadikan sebuah tongkat yang nantinya bisa menghasilkan uang..
Rencana Abu Nawas ternyata berjalan lancar. Hampir semua orang
membicarakan keajaiban tongkat Abu Nawas. Berita ini juga terdengar oleh
para pencuri yang telah menipu Abu Nawas. Mereka langsung tertarik. Bahkan
mereka melihat sendiri ketika Abu Nawas membeli barang atau makan tanpa
membayar tetapi hanya dengan mengacungkan tongkatnya. Mereka berpikir
kalau tongkat itu bisa dibeli maka tentu mereka akan kaya karena hanya
dengan mengacungkan tongkat itu mereka akan mendapatkan apa yang mereka
inginkan.
Akhirnya mereka mendekati Abu Nawas dan berkata, "Apakah tongkatmu akan
dijual?"
"Tidak." jawab Abu Nawas dengan cuek.
"Tetapi kami bersedia membeli dengan harga yang amat tinggi." kata mereka.
"Berapa?" kata Abu Nawas pura-pura merasa tertarik.
"Seratus dinar uang emas." kata mereka tanpa ragu-ragu.
"Tetapi tongkat ini adalah tongkat wasiat satu-satunya yang aku miliki." kata
Abu Nawas sambil tetap berpura-pura tidak ingin menjual tongkatnya.
"Dengan uang seratus dinar engkau sudah bisa hidup enak." Kata mereka makin
penasaran.
Abu Nawas diam beberapa saat sepertinya merasa keberatan sekali.
"Baiklah kalau begitu." kata Abu Nawas kemudian sambil menyerahkan
tongkatnya.
Setelah menerima seratus dinar uang emas Abu Nawas segera melesat pulang.
Para pencuri itu segera mencari warung terdekat untuk membuktikan keajaiban
tongkat yang baru mereka beli. Seusai makan mereka mengacungkan tongkat
itu kepada pemilik kedai. Tentu saja pemilik kedai marah.
"Apa maksudmu mengacungkan tongkat itu padaku?" "Bukankah Abu Nawas juga
mengacungkan tongkat ini dan engkau membebaskannya?" tanya para pencuri
itu.
"Benar. Tetapi engkau harus tahu bahwa Abu Nawas menitipkan sejumlah uang
kepadaku sebelum makan di sini!"
"Gila! Temyata kita tidak mendapat keuntungan sama sekali menipu Abu
Nawas. Kita malah rugi besar!" umpat para pencuri dengan rasa dongkol.
oo000oo


Kisah 1001 Malam Abunawas : Cara Memilih Jalan

Kawan-kawan Abu Nawas merencanakan akan mengadakan perjalanan wisata
ke hutan. Tetapi tanpa keikutsertaan Abu Nawas perjalanan akan terasa
memenatkan dan membosankan. Sehingga mereka beramai-ramai pergi ke
rumah Abu Nawas untuk mengajaknya ikut serta. Abu Nawas tidak keberatan.
Mereka berangkat dengan mengendarai keledai masing-masing sambil
bercengkrama.
Tak terasa mereka telah menempuh hampir separo perjalanan. Kini mereka
tiba di pertigaan jalan yang jauh dari perumahan penduduk. Mereka berhenti
karena mereka ragu-ragu. Setahu mereka kedua jalan itu memang menuju ke
hutan tetapi hutan yang mereka tuju adalah hutan wisata. Bukan hutan yang
dihuni binatang-binatang buas yang justru akan membahayakan jiwa mereka.
Abu Nawas hanya bisa menyarankan untuk tidak meneruskan perjalanan karena
bila salah pilih maka mereka semua tak akan pernah bisa kembali. Bukankah
lebih bijaksana bila kita meninggalkan sesuatu yang meragukan? Tetapi salah
seorang dari mereka tiba-tiba berkata,
"Aku mempunyai dua orang sahabat yang tinggal dekat semak-semak sebelah
sana. Mereka adalah saudara kembar. Tak ada seorang pun yang bisa
membedakan keduanya karena rupa mereka begitu mirip. Yang satu selalu
berkata jujur sedangkan yang lainnya selalu berkata bohong. Dan mereka
adalah orang-orang aneh karena mereka hanya mau menjawab satu pertanyaan
saja."
"Apakah engkau mengenali salah satu dari mereka yang selalu berkata benar?"
tanya Abu Nawas.
"Tidak." jawab kawan Abu Nawas singkat.
"Baiklah kalau begitu kita beristirahat sejenak." usul Abu Nawas.
Abu Nawas makan daging dengan madu bersama kawan-kawannya.
Seusai makan mereka berangkat menuju ke rumah yang dihuni dua orang
kembar bersaudara. Setelah pintu dibuka, maka keluarlah salah seorang dari
dua orang kembar bersaudara itu.
"Maaf, aku sangat sibuk hari ini. Engkau hanya boleh mengajukan satu
pertanyaan saja. Tidak boleh lebih." katanya. Kemudian Abu Nawas
menghampiri orang itu dan berbisik. Orang itu pun juga menjawab dengan cara
berbisik pula kepada Abu Nawas. Abu Nawas mengucapkan terima kasih dan
segera mohon diri.
"Hutan yang kita tuju melewati jalan sebelah kanan." kata Abu Nawas mantap
kepada kawan-kawannya.
"Bagaimana kau bisa memutuskan harus menempuh jalan sebelah kanan?
Sedangkan kita tidak tahu apakah orang yang kita tanya itu orang yang selalu
berkata benar atau yang selalu berkata bohong?" tanya salah seorang dari
mereka.
"Karena orang yang kutanya menunjukkan jalan yang sebelah kiri." kata Abu
Nawas.
Karena masih belum mengerti juga, maka Abu Nawas menjelaskan. "Tadi aku
bertanya: Apa yang akan dikatakan saudaramu bila aku bertanya jalan yang
mana yang menuju hutan yang indah?" Bila jalan yang benar itu sebelah kanan
dan bila orang itu kebetulan yang selalu berkata benar maka ia akan
menjawab: Jalan sebelah kiri, karena ia tahu saudara Kembarnya akan
mengatakan jalan sebelah kiri sebab saudara kembarnya selalu berbohong. Bila
orang itu kebetulan yang selalu berkata bohong, maka ia akan menjawab: jalan
sebelah kiri, karena ia tahu saudara kembarnya akan mengatakan jalan sebelah
kiri sebab saudara kembarnya selalu berkata benar.
oo000oo

Kisah 1001 Malam Abunawas Bagian 6 Dan 7

Kisah 1001 Malam Abunawas : Tipu Dibalas Tipu


Ada seorang Yogis (Ahli Yoga) mengajak seorang Pendeta bersekongkol akan
memperdaya Iman Abu Nawas. Setelah mereka mencapai kata sepakat, mereka
berangkat menemui Abu Nawas di kediamannya.
Ketika mereka datang Abu Nawas sedang melakukan salat Dhuha. Setelah
dipersilahkan masuk oleh istri Abu Nawas mereka masuk dan menunggu sambil
berbincang-bincang santai.
Seusai salat Abu Nawas menyambut mereka. Abu Nawas dan para tamunya
bercakap-cakap sejenak.
"Kami sebenarnya ingin mengajak engkau melakukan pengembaraan suci. Kalau
engkau tidak keberatan bergabunglah bersama kami." kata Ahli Yoga.
"Dengan senang hati. Lalu kapan rencananya?" tanya Abu Nawas polos.
"Besok pagi." kata Pendeta.
"Baiklah kalau begitu kita bertemu di warung teh besok." kata Abu Nawas
menyanggupi.
Hari berikutnya mereka berangkat bersama. Abu Nawas mengenakan jubah
seorang Sufi. Ahli Yoga dan Pendeta memakai seragam keagamaan mereka
masing-masing. Di tengah jalan mereka mulai diserang rasa lapar karena
mereka memang sengaja tidak membawa bekal.
"Hai Abu Nawas, bagaimana kalau engkau saja yang mengumpulkan derma guna
membeli makanan untuk kita bertiga. Karena kami akan mengadakan
kebaktian." kata Pendeta. Tanpa banyak bicara Abu Nawas berangkat mencari
dan mengumpulkan derma dari dusun satu ke dusun lain. Setelah derma
terkumpul, Abu Nawas membeli makanan yang cukup untuk tiga orang. Abu
Nawas kembali ke Pendeta dan Ahli Yoga dengan membawa makanan. Karena
sudah tak sanggup menahan rasa lapar Abu Nawas berkata,
"Mari segera kita bagi makanan ini sekarang juga." "Jangan sekarang. Kami
sedang berpuasa." kata Ahli Yoga.
"Tetapi aku hanya menginginkan bagianku saja sedangkan bagian kalian
terserah pada kalian." kata Abu Nawas menawarkan jalan keluar.
"Aku tidak setuju. Kita harus seiring seirama dalam berbuat apa pun:" kata
Pendeta.
"Betul aku pun tidak setuju karena waktu makanku besok pagi.
Besok pagi aku baru akan berbuka." kata Ahli Yoga.
"Bukankah aku yang engkau jadikan alat pencari derma Dan derma itu sekarang
telah kutukar dengan makanan ini. Sekarang kalian tidak mengijinkan aku
mengambil bagian sendiri. Itu tidak masuk akal." kata Abu Nawas mulai mera
jengkel. Namun begitu Pendeta dan Ahli Yoga tetap bersikeras tidak
mengijinkan Abu Nawas mengambil bagian yang menja haknya.
Abu Nawas penasaran. la mencoba sekali lagi meyakinkan kawan-kawannya
agar mengijinkan ia memakan bagianya. Tetapi mereka tetap saja menolak
Abu Nawas benar-benar merasa jengkel dan marah. Namun Abu Nawas tid
memperlihatkan sedikit pun kejengkelan dan kemarahannya.
"Bagaimana kalau kita mengadakan perjanjian." kata Pendeta kepada Abu
Nawas.
"Perjanjian apa?" tanya Abu Nawas.
"Kita adakan lomba. Barangsiapa di antara kita bermimpi paling indah maka ia
akan mendapat bagian yang terbanyak yang kedua lebih sedikit dan yang
terburuk akan mendapat paling sedikit." Pendeta itu menjelaskan.
Abu Nawas setuju. la tidak memberi komentar apa-apa.
IVfalam semakin larut. Embun mulai turun ke bumi. Pendeta dan Ahli Yoga
mengantuk dan tidur. Abu Nawas tidak bisa tidur. la hanya berpura-pura tidur.
Setelah merasa yakin kawan-kawannya sudah terlelap Abu Nawas menghampiri
makanan itu. Tanpa berpikir dua kali Abu Nawas memakan habis makanan itu
hinggatidak tersisa sedikit pun. Setelah merasa kekenyangan Abu Nawas baru
bisa tidur.
Keesokan hari mereka bangun hampir bersamaan. Ahli Yoga dengan wajah
berseri-seri bercerita,
"Tadi malam aku bermimpi memasuki sebuah taman yang mirip sekali dengan
Nirvana. Aku merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya
dalam hidup ini."
Pendeta mengatakan bahwa mimpi Ahli Yoga benar-benar menakjubkan. Betul-
betul luar biasa. Kemudian giliran Pendeta menceritakan mimpinya.
"Aku seolah-olah menembus ruang dan waktu. Dan temyata memang benar. Aku
secara tidak sengaja berhasil menyusup ke masa silam dimana pendiri agamaku
hidup. Aku bertemu dengan beliau dan yang lebih membahagiakan adalah aku
diberkatinya."
Ahli Yoga juga memuji-muji kehebatan mimpi Pendeta, Abu Nawas hanya diam.
la bahkan tidak merasa tertarik sedikitpun.
Karena Abu Nawas belum juga buka mulut, Pendeta dai Ahli Yoga mulai tidak
sabar untuk tidak menanyakan mimpi Abu Nawas.
"Kalian tentu tahu Nabi Daud alaihissalam. Beliau adalah seorang nabi yang ahli
berpuasa. Tadi malam aku bermimpi berbincang-bincang dengan beliau. Beliau
menanyakan apakah aku berpuasa atau tidak. Aku katakan aku berpuasa karena
aku memang tidak makan sejak dini hari Kemudian beliau menyuruhku segera
berbuka karena hari sudah malam. Tentu saja aku tidak berani mengabaikan
perintah beliau. Aku segera bangun dari tidur dan langsung menghabiskan
makanan itu." kata Abu Nawas tanpa perasaa bersalah secuil pun.
Sambil menahan rasa lapar yang menyayat-nyayat Pendeta dan Ahli Yoga saling
berpandangan satu sama lain.
Kejengkelan Abu Nawas terobati.
Kini mereka sadar bahwa tidak ada gunanya coba-coba mempermainkan Abu
Nawas, pasti hanya akan mendapat celaka sendiri.
oo000oo



Kisah 1001 Malam Abunawas : Menjebak Pencuri

Pada zaman dahulu orang berpikir dengan cara yang amat sederhana. Dan
karena kesederhanaan berpikir ini seorang pencuri yang telah berhasil
menggondol seratus keping lebih uang emas milik seorang saudagar kaya tidak
sudi menyerah.
Hakim telah berusaha keras dengan berbagai cara tetapi tidak berhasil
menemukan pencurinya. Karena merasa putus asa pemilik harta itu
mengumumkan kepada siapa saja yang telah mencuri harta miliknya merelakan
separo dari jumlah uang emas itu menjadi milik sang pencuri bila sang pencuri
bersedia mengembalikan. Tetapi pencuri itu malah tidak berani menampakkan
bayangannya.
Kini kasus itu semakin ruwet tanpa penyelesaian yang jelas. Maksud baik
saudagar kaya itu tidak mendapat-tanggapan yang sepantasnya dari sang
pencuri. Maka tidak bisa disalahkan bila saudagar itu mengadakan sayembara
yang berisi barang siapa berhasil menemukan pencuri uang emasnya, ia berhak
sepenuhnya memiliki harta yang dicuri.
Tidak sedikit orang yang mencoba tetapi semuanya kandas. Sehingga pencuri
itu bertambah merasa aman tentram karena ia yakin jati dirinya tak akan
terjangkau. Yang lebih menjengkelkan adalah ia juga berpura-pura mengikuti
sayembara. Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa menghadapi orang seperti
ini bagaikan menghadapi jin. Mereka tahu kita, sedangkan kita tidak. Seorang
penduduk berkata kepada hakim setempat.
"Mengapa tuan hakim tidak minta bantuan Abu Nawas saja?"
"Bukankah Abu Nawas sedang tidak ada di tempat?" kata hakim itu balik
bertanya.
"Kemana dia?" tanya orang itu.
"Ke Damakus." jawab hakim
"Untuk keperluan apa?" orang itu ingin tahu.
"Memenuhi undangan pangeran negeri itu." kata hakim.
"Kapan ia datang?" tanya orang itu lagi.
"Mungkin dua hari lagi." jawab hakim.
Kini harapan tertumpu sepenuhnya di atas pundak Abu Nawas.
Pencuri yang selama ini merasa aman sekarang menjadi resah dan tertekan. la
merencanakan meninggalkan kampung halaman dengan membawa serta uang
emas yang berhasil dicuri. Tetapi ia membatalkan niat karena dengan
menyingkir ke luar daerah berarti sama halnya dengan membuka topeng dirinya
sendiri. la lalu bertekad tetap tinggal apapun yang akan terjadi.
Abu Nawas telah kembali ke Baghdad karena tugasnya telah selesai. Abu Nawas
menerima tawaran mengikuti sayembara menemukan pencuri uang emas. Hati
pencuri uang emas itu tambah berdebar tak karuan mendengar Abu Nawas
menyiapkan siasat.
Keesokan harinya semua penduduk dusun diharuskan berkumpul di depan
gedung pengadilan. Abu Nawas hadir dengan membawa tongkat dalam jumlah
besar. Tongkat-tongkat itu mempunyai ukuran yang sama panjang. Tanpa
berkata-kata Abu Nawas membagi-bagikan tongkat-tongkat yang dibawanya
dari runnah.
Setelah masing-masing mendapat satu tongkat, Abu Nawas berpidato, "Tongkat-
tongkat itu telah aku mantrai. Besok pagi kalian harus menyerahkan kembali
tongkat yang telah aku bagikan. Jangan khawatir, tongkat yang dipegang oleh
pencuri selama ini menyembunyikan diri akan bertambah panjang satu jari
telunjuk. Sekarang pulanglah kalian."
Orang-orang yang merasa tidak mencuri tentu tidak mempunyai pikiran apa-
apa. Tetapi sebaliknya, si pencuri uang emas itu merasa ketakutan. la tidak
bisa memejamkan mata walaupun malam semakin larut. la terus berpikir keras.
Kemudian ia memutuskan memotong tongkatnya sepanjang satu jari telunjuk
dengan begitu tongkatnya akan tetap kelihatan seperti ukuran semula.
Pagi hari orang mulai berkumpul di depan gedung pengadilan. Pencuri itu
merasa tenang karena ia yakin tongkatnya tidak akan bisa diketahui karena ia
telah memotongnya sepanjang satu jari telunjuk. Bukankah tongkat si pencuri
akan bertambah panjang satu jari telunjuk? la memuji kecerdikan diri sendiri
karena ia ternyata akan bisa mengelabui Abu Nawas.
Antrian panjang mulai terbentuk. Abu Nawas memeriksa tongkat-tongkat yang
dibagikan kemarin. Pada giliran si pencuri tiba Abu Nawas segera mengetahui
karena tongkat yang dibawanya bertambah pendek satu jari telunjuk. Abu
Nawas tahu pencuri itu pasti melakukan pemotongan pada tongkatnya karena ia
takut tongkatnya bertambah panjang.
Pencuri itu diadili dan dihukum sesuai dengan kesalahannya. Seratus keping
lebih uang emas kini berpindah ke tangan Abu Nawas. Tetapi Abu Nawas tetap
bijaksana, sebagian dari hadiah itu diserahkan kembali kepada keluarga si
pencuri, sebagian lagi untuk orang-orang miskin dan sisanya untuk keluarga Abu
Nawas sendiri.
oo000oo